Posts

Showing posts from 2015

Tujuan Kita

Apa yang ada dalam benakmu bila senjamu adalah yang memilki cita berbeda denganmu? cita dunianya pun cita akhiratnya? Apa itu tak masalah bagimu? Apa hanya karena telah seagama menurutmu dunia dan akhirat bisa kamu raih dengannya? Tapi aku tidak segarA, menurutku semua itu adalah masalah yang tak sederhana. Bukankah kebersamaan kita adalah wujud dari cita dunia dan akhirat kita? Bahwa bersama akan membuat kita aman di dunia dan akhirat, maka bagaimana semua bisa terwujud bila cita tiap-tiap kita beda? Maka  bukankah seagama saja tak cukup segarA? Kita butuh sama yang lebih dari segama Karena seperti kata kica dalam Teman Imajinya, seagama belum tentu seiman, seiman pun belum tentu se-tujuan (sefikrah).   SegarA, aku berharap kita adalah yang segama pun seiman dan tentunya punya tujuan yang sama, karena kata Kurniawan Gunadi; tujuan yang sama akan mempertemukan orang-orang dalam perjalanan.  Maka untuk bertemu kita tak boleh hanya seagama kan? karena  agama yang terwariskan

Kebaikan Kebenaran

Kebaikan dan kebenaran kata guru saya itu serupa emas, semua orang suka emas kan? Tapi tak semua orang bisa memilikinya, ya karena untuk mendapatkannya butuh pengorbanan. Ku kira membersamai kebaikan dan kebenaran itu mudah, jalannya mulus pun lapang tentunya, bertabur bunga dan wewangian sepanjang perjalanan dengannya maka manusia tentunya menyukai dan ingin bersamanya. Tapi aduhai, itu hanya kiraan ku saja, karena  kau tahu untuk memulainya apalagi setia bersamanya membutuhkan perjuangan yang akan menguras habis pikiran, tenaga dan tentu rasa. Barangkali kamu akan bertanya; mengapa Dia izinkan yang demikian? Mengapa ketika memulai kebaikan sudah mendapat ujian? Karena bukankah hasil yang kita terima adalah surga yang sudah barang tentu mendapatkannya tak mudah? Karena barangkali Dia ingin melihat seberapa seriusnya kau menujuNya. Dunia yang kau ingin menggenggamnya saja kau kerahkan segala upaya, kau luangkan semua waktumu yang ada, maka apalagi untuk kebahagiaan hid

Mula

Barangkali Kamu akan terheran-heran atau merasa aku adalah satu diantara keanehan. Bersebab lampu jalan bagiku adalah satu diantara yang mampu mengirimkan ketentraman dariNya. Tapi itulah aku, senja. Seperti biasa, aku bila penatku telah mendominasi pikir dan rasaku maka berjalan adalah tentu menjadi pilihan, tapi entah, hari ini berjalan tak mampu membuat penatku terbenam. Sejenak undangan dari kesukaan ku yang lain menyapa, ku kira ketika disambut temaramnya penatku akan kabur dengan sendirinya, tapi bak pungguk merindu bulan, penatku tak kunjung hilang.  Berjalan lagi, matahari sudah tak mampu lagi bertengger ditempatnya, ya karena waktu malam untuk menyapa telah tiba, tapi penatku masih betah. (senyum membersamai gerimis ) ALLAH.. aku tahu musti kemana. Terimakasih sudah mengirim undanganMu. Laut, ya aku akan kesana meski malam telah benar-benar menyapa. Dibibir talut dimana aku duduk, berteman bintang yang aku tak tahu pasti berapa jumlahnya, pandanganku menjumpa te

Pahamilah, Sadarilah, Begeraklah

                        Tetaplah bersama, setialah hingga aku bertemu denganNya duhai kesadaran. Apakah untuk melahirkan langkah-langkah tak cukup dengan pemahaman? Bukankah paham - kita yang tahu kenapa, untuk siapa dan kapan memulainya - semestinya menjadikan kita tak lagi memberi ruang bagi alasan untuk duduk melenggang? hening membius sekitar, kepada yang sedang bertanya, jawaban itu datang menyapa: tidak senja, paham dan kesadaran tak selalu seiring sejalan sebab pemahaman tak selalu mampu memberi jalan bagi kesadaran untuk tampil setelahnya.   Bukankah sudah kau baca kisah-kisah mereka; orang-orang yang terpandang karena kepahamannya, namun pahamnya membuat mereka berbelok arah. Kisah mereka terjejak nyata membersamai manusia Mulia. Mereka: Walid Al Mughirah dan Amr bin Hisyam (Abu Jahal). Walid Al Mughirah; kalimatnya bahkan ALLAH abadikan pada salah satu surah cintaNya, Surah Al Mudatsir. Dia kebingungan dalam menentukan apakah sebenarnya Al qur’an itu. “

Senja Pada Segara (Serial)

Dear readers, terimakasih telah membersamai perjalanan blogku. Terimakasih atas kunjungan yang entah telah kali keberapa. Moga tiap aksara yang terhimpun dalam kalimat dan paragraf membawa kebaikan bagimu dan aku. Maafkan, atas typo yang tak terhitung banyaknya, moga tak jelimet ketika menjumpanya. Dear readers, malam ini aku akan memulai mem- post sebuah serial. Serial SENJA PADA SEGARA. Perjalanan SENJA di(me)temukan muaranya, SEGARA. Tak setiap  hari mungkin, insyaALLAH seminggu sekali (mungkin juga lebih) aku akan mem post serial mereka. Hope you enjoy read that :) Senja Segara 2 tahun sebelumnya: Perkenalkan semesta, namuku senja. Aku, perempuan yang dianugerahi begitu banyak kenikmatan oleh Rabb Semesta Alam. Aku, perempuan yang penuh dengan ketakutan, bagiku ketakukan adalah kehati-hatian, namun sayangnya kehatian-hatian membuatku kepayahan mengelola nikmatNya yang bertaburan. 2 tahun setelahnya: Aku, segara. Katanya, kata perempuan itu, mmmm… senja nam

Ada

Image
taken by: CSD Ada yang dengan perlahan mengetuk. Ada yang meski jauh namun mampu menenangkan nan menguatkan. Ada yang meski tak pernah bertemu namun mampu meyakinkan bahwa tiap takdirNYa adalah baik adanya-untuk kita. Ada ya-itu kamu. Senja, 2 november 2015 Terimakasih kamu tags: #kamu, bahasa hati 

Menyelam

Di lautan nikmat, dua makhluq berpisah, Yang satu tenggelam, yang satu menyelam. Kau tahu apa bedanya? Jalan Cinta Para Pejuang - Salim A. Fillah Kenikmatan dunia itu seperti samudera, luas terbentang dan penuh keindahan. untuk bisa mendapati segala keindahannya kita perlu ‘memasukinya’. Semakin dalam semakin indah tapi semakin jauh semakin mudah hanyut. Maka ada yang menyelam, ada yang tenggelam. Di dunia, kenikmatan tak hanya menjelma harta, tahta dan kuasa melainkan juga kedekatan denganNya. Merasa mudah untuk membaca firmanNya, mudah menjumpaNya disepertiga malam, mudah menyisihkan sebagian rezeki bagi yang berhak atasnya, bukankah ini nikmat yang begitu besar?. Lalu, tak kita sangka bahwa kenikmatan itu dapat membuat kita tenggelam, tenggelam karena merasa telah dekat dengan Sang Pemilik Jagad. Padahal dalam kebaikkan dan kedekatan denganNya pun kita tak boleh tenggelam melainkan mesti menyelam, karena ketika kita tenggelam kita akan cenderung merasa sudah

Dua Empat (imaji)

Pada dua empat tersemat banyak harap, doa menjelma jembatan bagi pengabulannya, sudahkah ia sampai? Bagaimana rasanya menjumpa dua empat? Bahagia? (senyum) (bening merintik) Ternyata, bahagia. Sukurlah. (senyum). Apa yang menjadi harapmu? Bertemu aku? (sejenak hening) . bisa mengulang waktu. Ada banyak kecewa yang ku izinkan menjumpa. Ada banyak ragu yang kubiarkan mengendap dalam usaha dan doa. Ada takut yang sengaja ku jadikan alasan untuk tak berupaya. Ada lebih dari satu salah yang atas izinku mengambil peran dalam bentangan dua tigaku. Ada banyak semoga yang sama sekali belumku usahakan mewujud nyata. Bertemu kamu salah satunya. (senyum). Tak perlu mengulang waktu. Bukankah dua empatmu adalah kesempatan itu? Maka berdoalah, berusahalah, berdoalah, lalu kamu hanya perlu percaya, apa yang akan menjumpa adalah rangkaian indah takdirNya. Bertemu aku, adalah bagian dari rangkaian indah itu-kan(?) (menerawang). (senyum). (tanpa gerimis). Benarkah? Aku hanya pe

Pagi

Image
captured by senja Pagi serupa penawar bagi tiap lara yang mengemuka. Pagi mengisyaratkan ucapan selamat atas keberhasilanmu melewati malam yang pekat,  maka pagi ibarat sisi dari kehidupan yang kau jalani. Dan, hadirnya pagi seolah mengingatkan; “ tak ada gelap yang abadi pun terang yang abadi” Mari nikmati pagi :) Senja, 20 oktober 2015 Pagimu senja #Menulis24 Tags: bahasa hati 

Pada Akhirnya

empat huruf spasi delapan huruf tersemat banyak perjuangan yang memuarai segala keresahan, kelelahan , air mata, senyum ikhlas dan tentu hasil perjuangan, Pada akhirnya. Pada akhirnya, semua tanya akan menjumpa jawabnya. Pada akhirnya, yang ter-usaha akan menuai hasilnya. Pada akhirnya, tiap pertemuan akan menjumpa perpisahan. Pada akhirnya, perpisahan akan menjumpakan kita dengan pertemuan. Pada akhirnya, tiap penantian akan selesai jua. Pada akhirnya, rindu akan luruh. Pada akhirnya, aku dan kamu menjadi kita. Pada akhirnya, apakah kamu? Pada akhirnya, apakah aku? Senja, 8 oktober 2015 Pada akhirnya, semoga #menulis24 Tags: orat-oret

Yakin

Pertanyaannya, pada keyakinanmu bukankah rasa bangga haruslah kau punya? Lantas dimana ia? Membaca tulisan seorang teman yang saya yakini berjalan dijalan yang sama, berdiskusi dengan seorang teman yang saya pertimbangkan pemikirannya, tentang trend membanggakan apa-apa yang sekonsep dengan keyakinan mereka namun diusung oleh yang bersebrangan dengan keyakinan mereka. Bukankah ini aneh? Bukankah pada hal yang diyakini semestinya tertancap kepercayaan diri? Kepercayaan untuk tak pernah sedikit jua meragukan, mempertanyakan kebenaran pun membanggakan kemanapun kaki melangkah. Bila masih ragu, bila malu dengannya mengapa tak kau sudahi saja keyakinanmu? Tidakkah menurutmu ini rancu? Disaat keyakinanmu memilki konsep yang utuh tentang tujuan hidup, bagaimana seharusnya menjalani hidup namun kau malah memilih menggunakan pemikiran orang lain yang mengusung hal serupa dengan keyakinanmu. Duhai .. tak lah bisa, sungguh tak mungkin bisa, sebuah keyakinan hanya berhenti pada

Tiga (merindu)

Image
captured by senja Karena pertemuan kita telah ditetapkan Tuhan untuk sebuah kebaikkan, maka berbahagialah Teruntuk  genggaman dari dua jiwa yang dibersamakan olehNya dengan saya, terimakasih dihampir seperempat abad telah menemani. Atas segala perih yang tertoreh mohon dimaafkan, atas segala kebahagiaan yang mengemuka tiada yang bisa terucap selain terimakasih dan syukur padaNya.  LB-Senja-SJS Seperti waktu yang selalu bergeser, kebersamaan akan menjumpakan kita pada keterpisahan. Maka, semoga masing-masing kita yang tiada lelah saling menguatkan kala bersama juga mampu kuat kala sendiri. Senja, 6 oktober 2015 Sedang merindu betiga #menulis 24 Tags: bahasa hati

Amsal Registrasi-kompetisi

Bila bersaksi nan meyakini tiada Ilah selain-Nya dan Muhammad adalah Rasul-Nya adalah registrasi menjadi hamba-Nya di dunia. Bila hidup menjadi hamba di dunia, menjalankan tiap perintah dan larangan-Nya adalah sebuah kompetisi untuk memenangkan gelar taqwa dihadapan-Nya. Maka bukankah kita telah dengan sadar mendaftarkan diri? Bukankah setelah mendaftarkan diri semestinya kita mau bahkan butuh mengikuti kompetisi? Karena kita membutuhkan sebuah kompetisi sebagai pembuktian dari registrasi yang kita lakukan dan sebagai jalan juang kita mecapai gelar hamba yang bertaqwa. Duhai jiwa, tiada bisa kita mengikuti kompetisi tanpa ter-registrasi, karena tak ada registrasi yang tak berkompetisi, pun tiada bisa peroleh kemenangan tanpa registrasi dan kompetisi. Barangkali begitulah Sayahadah kita, kita tak Bisa Menjalankan Tiap Amal Ibadah Tanpa Bersyahadah, dan tak Ada syadah tanpa disusuli amal ibadah. Mari berkompetisi, jemput dan raih tiap amal yang menghampiri. Moga men

Takaran

Barangkali tak mengapa bila yang kita rencanakan tak purna mewujud nyata. Karena pada rencana yang gagal terdapat pelajaran dariNya. Pelajaran tentang takaran; sudah benarkah cara yang kita tempuh, telah sungguhkah berupaya dan mendoakannya. Dan bila pun dalam takaran kita, semua yang telah terlaku dengan maksimalnya namun tetap tiada mampu kita memenangkannya, pada titik inipun kita sedang diberi pelajaran tentang takaran kita sebagai hamba. Bahwa kita hanya diberi ruang untuk berencana, sedang hasil sepenuhnya adalah ketetapan-Nya. Bahwa DIA lebih tahu yang terbaik untuk tiap rencana kita. Maka sebaik-baik kita dalam berupaya adalah tiada berputus asa pun tiada berlebihan dalam memimpikan, sisahkan ruang penerimaan yang padanya termuarai segala upaya kita dan Ketetapan hasil dari-Nya. Senja, 4 oktober 2015 #Menulis24 Tags: bahasa hati

Khawatir

senja, dalam hidup, ternyata kita butuh rasa khawatir, kau tahu mengapa? Agar kita selalu berhati-hati dalam melangkah, agar kita tak terlalu ber-euforia ketika bahagia, pun agar kita tak hanyut dalam nestapa ketika sedih menjumpa. Maka tak  mengapa senja bila sebagian besar rasamu diselubungi kekhawatiran pada apa-apa yang kau lakukan, asalkan rasa khawatir tak kau jadikan alasan untuk menghentikan langkah. Menjadikan mundur dari tiap rencana. Beruntunglah senja bagi tiap jiwa yang dianugerahi rasa khawatir dalam hidupnya, tiap rencana selalu dia sertai dengan doa dan usaha yang tiada mengenal lelah nan payah. Tiap hasil yang tercapai tak menjadikan dia berbangga dan lupa bahwa kesemuannya adalah anugerah –Nya. Maka bersyukurlah senja pada rasa khawatir  yang DIA beri, pada tiap capaian yang tergenggam atas iringan kekhawatiran. Khawatir itu perlu bahkan butuh Senja, 3 oktober 2015 Yang tiada lengah disusupi rasa khawatir #menulis24 Tags: orat-oret

Tetaplah berjalan

sering kita bertanya mengapa tiada pernah berakhir ujian yang DIA beri, Selesai ditangga satu, hadir ditangga berikutnya. seperti sedang berjalan dijalan yang tiada ditahu ujungnya  ................................................................................................. 'karena barangkali hidup adalah perjalanan itu sendiri, karena bukankah DIA menilai payahnya usaha dan bukan hasilnya?         Maka jangan menyerah, berjalanlah dijalanNya, tetaplah disana sampai DIA pertemukan payahnya perjalanan mu dengan ganjarannya' Senja, 2 oktober 2015 Semoga tiada payah berjalan #menulis24 Tags: Inspirasi

Segara

DIA begitu Maha baiknya, pada yang sederhana, yang tak bisa berkata DIA titipkan cinta menghadirkan rasa lapang ditiap menjumpainya, laut. kamu tahu mengapa laut menjadi diantara hal yang aku suka? karena padanya, saat memandanganya, aku merasa begitu lapang, dengan begitu aku tahu tenang nan lapang adalah soal hati yang mampu menerima, menampung tiap sesal, kecewa dan payah yang dirasa. layaknya laut, menjadi muara segala air, menjadi rumah bagi yang lainnya.dan laut tetaplah laut, tak berubah na mun merubah. lalu... pada hitungan tanggal yang entah sudah keberapa bilangannya, rasanya aku merinduimu segara.. kapan kita jumpa? :'( dengan segala keruwetan yang berujung pulang malam senja, 1 oktober 2015 #Menulis24 Tags: oratoret, bahasa hati 

Perempuan Ransel Dibahu

Image
perempuan dengan ransel dibahu, menyusuri jalan menggapai mimpinya. sesekali terdengar darinya helaan nafas panjang, tanda kepasrahan(?), aah.. bukan, itu tanda ketidak sanggupannya. bulir  bening menggulir dipipi.  berhenti, angin berhembus, senyum mengembang, jilbab menari bebas dirasai. perempuan dengan ransel dibahu pandangannya tertuju pada biru langit, mencari mimpinya. disana, ia ada disana menggantung indah. pantai, melepas pandangan. tenang terasa dihati, lapang tertangkap dimata. perempuan dengan ransel dibahu. senja, semburat jingga menyapa, sesekali kelabu membungkus indah, meski sulit menemukan jingga senja bersama rinai hujan namun dia tak pernah sulit menemukannya. bulir itu, rinaian itu darinya sendiri. perempuan dengan ransel dibahu.  lampu jalan, temaram hangat merambat, lirih terdengar; " semua akan baik adanya bila kau percaya."   ............................................. .............................................. perempu

Senandika

Sebenarnya apa yang sedang kau cari? Perjalanan macam apa yang sedang kau susuri? Mengapa kau hanya menggurutu saja? Mengapa hanya pada ketidak sanggupan dan ketidak mampuanmu yang kau lihat? Bukankah nikmatNya bertebaran ditiap helaan nafasmu? Jika tak  bisa kau lihat bukankah bisa kau rasakan anugerahNya pada mu? Duhai jiwa yang tiada lelah bertanya, ingatlah kau hanyalah  makhluk, maka sudah barang tentu Dia lebih tahu akan kebutuhanmu, pun dengan itu Dia lebih tahu dimana memposisikanmu, kapan mengurai satu demi satu takdirNya untukmu. Duhai jiwa yang tiada berhenti menyesali,  sesesal apapun kau pada apa yang luput dari mampumu, ingatlah itu merupakan takdirNya, meski itu menyertakan kepedihan bagi hati yang lainnya, ingatlah bahwa takdirmu tidaklah hanya berisi kamu, melainkan takdirmu pun adalah persinggungan antara jalan hidupmu dan jalan hidup mereka yang dipersinggungkan denganmu. maka jika kau telah mengiringkan doa dan usaha namun dengan itu tiada mampu kau cegah h

Berbaik Sangkalah

saat jalan-jalan menuju tujuan terasa sulit untuk kau lewati, barangkali itu semacam kode dariNya untuk melihat kembali cara yang kau tempuh adakah ia salah dan keliru. atau itu semacam sebuah pesan dariNya bahwa ini belumlah saat yang tepat untuk menggenggam, maka berbaik sangkalah padaNYa.  Dalam naungan perputaran matahari, tak semua hal yang kita upayakan dengan mudah bisa kita genggam, bahkan yang telah tergenggam sewaktu-waktu bisa terbang. Kecewa, marah bahkan menyerah tentu pernah kita rasa. hingga terlahir prasangka yang buruk padaNya. ALLAH... :') Memperjuangkan masa depan yang padanya tersemat begitu banyak harap  tentu tak mudah selalu berbaik sangka pada DIA ketika semua upaya dan doa terasa sia-sia. Begitulah kita, hamba yang dianugerahi prasangka. Padahal sebenarnya semua tentang kita, telah jauh-jauh hari tertulis dengan indah, pada waktu dan tempat yang tepat, menggantung dilangitNya, maka memperjuangkan masa depan barangkali hanyalah soal kita yang

Menangkanlah

Senja, hidup ini tiada sekalipun dalam helaan nafas kita tak diuji olehNya. bukan hanya nestapa, sengsara, bahagiapun adalah ujianNya. Maka menangkanlah tiap ujianmu dengan salah satu diantara dua tunggangan Umar bin Khatab ra. ;  sabar dan syukur. sabar, bukan hanya ketika berjumpa masalah melainkan juga ketika mendekat satu demi satu hasta padaNya. sabar ketika mendekat padaNya, juga tiada mudah. maka kuatkanlah.  Syukur adalah bentuk terimakasih yang teramat tinggi kepada Dia Sang Maha Memelihara nan Menjaga kita. Maka syukur bukanlah seberapa banyak kau mengucapkannya melainkan seberapa sering kau menghidupkannya ditiap amalanmu.  maka menangkanlah  Si Mentari Senja 20 Agustus 2015 #K tags : bahasa hati, inspirasi 

Mengumandangkan Cinta

Membicarakan cinta tentu tiada mampu membuat kering tinta, tiada selesai hanya dengan metafora, seperti terbang melintasi langit yang entah dimana ujungnya.  Tapi mengumandangkan cinta artinya harus sedia bertanggung jawab atasnya. Sudahkah kamu bersedia untuk itu? Cinta, kau sudah teramat sering mendengarnya bukan? Dimana kaki dipijak disitu kita selalu bisa mendengarkan cinta. Jadi cinta semacam nada dasar yang selalu disenandungkan siapapun dalam irama hidupnya. Maka dengarkanlah, akan ku ceritakan sebuah senandung cinta yang telah terkumandang sejak 1400 tahun silam. Sebelumnya perkenalkan, sebuah kaum yang merindui hadirnya kebenaran namun menolaknya karena khawatir akan dunia yang telah digenggamnya, padahal mereka telah amat mengenal sosok pembawanya, seseorang yang meski telah didustai namun masih tetap dipercayai. Ah benar, bukan pembawanya yang didustai melainkan kebenaran yang dibawanya. Namun begitulah kebenaran selalu mampu memikat siapa yang mencintainya. Lalu c

Memilih Masa Depan

kita tahu bahwa hidup adalah menjalani apa yang telah tertulis jauh sebelum kita lahir. kita pun tahu apa yang tertulis itu tak seorangpun dari kita yang mengetahui persisnya; jalan seperti apa yang akan kita lalui, orang macam apa yang kita temui, rasa seperti apa yang akan setia menghampiri.  Maka kita diberi pilihan memilih masa depan.  Bagiku, masa depan adalah pilihan. Doa yang senantiasa kita lantunkan, usaha yang tiada lelah kita upayakan adalah bagian dari pilihan, memilih (takdir) masa depan. Lantas bagaimana dengan takdir yang telah ditetapkanNya?. Apa yang kita pilih bukan datang sendiri, bukan tetiba mewujud tanpa izin, melainkan itu semua adalah pemberianNya.  Pemberian berupa kesempatan memilih adalah cara Dia memikulkan pertanggung jawaban atas pilihan yang diambil hambaNya, adalah cara Dia mendekatkan hambaNya dengaNya, karena bukankah pilihan kita sering terlantukan pada doa dan upaya yang tiada payah? Dalam doa dan upaya selalu ada ruang yang mendekatkan Kh

Menulis

Ada yang selalu mampu merintikkan rindu nan membuat candu, menulis barangkali ia semacam zat adictif. Barangkali ada yang bertanya, “apa perlunya menulis?.  Mengapa aku mau merelifkan kenangan yang tak hanya berisi sunggingan senyuman pada halaman bloggku?. Mengapa aku berlagak sok bijak membagikan deretan kata yang ku pandang mencerahkan?. Karena bagiku m enulis adalah merumahkan kata,mengikat pemahaman dan membekukan rasa ditiap peristiwa. Menulis adalah tentang aku yang ingin menjadi apa yang tersurat maupun tersirat pada tulisan yang kupandang menginspirasi, adalah aku yang ingin mengikat pemahaman akan ilmu yang telah maupun sedang ku pelajari, adalah aku yang ingin menjaga rasa pada tiap peristiwa yang telah kulalui. Menulis, memang tak selamanya mudah. Buntu, kehabisan bahan utama memadu kata, adalah sekian tantangan yang tak luput dari cerita menulisku. Namun, tak ada alasan untuk berhenti menulis bukan?. Karena mungkin saja ada yang di-mampu-kan menemukan caha

Ramadhan, Semoga Niat Menjumpa Laku

Betapa banyak yang mendamba menjumpamu bersebab begitu banyak nikmat yang berserak dari senja hingga senja diwaktumu. Aku pun. Aku meniatkan menjadi bagian dari para pengumpul nikmat itu, tiada kata yang terverbal selain berisi kebaikan, tiada laku yang terlakon selain mengajak kepada kebaikan dan tiada gabungan dari keduanya selain dirasa manfaat oleh yang lainnya. Aku ingin menjadikanmu ramadhan sebagai medan pembiasaan, biasa atas apa-apa yang masih menjadi susah dan belum pernah dilakukan. Ini inginku tentangmu yang selalu sama diperjumpaan yang lalu-lalu. Namun seperti yang sudah-sudah ramadhan, aku selalu kalah. Kali ini, Dia mempertemukan kita lagi, barangkali ini karena aku yang tak pernah memenangkan niatku tentangmu diberi kesempatan mencoba untuk yang kesekian. Maka semoga kemampuan dan kekuatan selalu Dia naungkan pada perjumpaan ku dengan waktu-waktumu, agar niat selalu mampu menjumpa lakunya. Lebih dari itu semoga semua yang terlakoni bersamamu menjadi biasa na