Kebaikan Kebenaran
Kebaikan dan kebenaran kata guru saya itu serupa emas, semua orang suka
emas kan? Tapi tak semua orang bisa memilikinya, ya karena untuk mendapatkannya
butuh pengorbanan.
Ku kira membersamai kebaikan dan kebenaran itu mudah, jalannya mulus pun
lapang tentunya, bertabur bunga dan wewangian sepanjang perjalanan dengannya maka
manusia tentunya menyukai dan ingin bersamanya.
Tapi aduhai, itu hanya kiraan ku saja, karena kau tahu untuk memulainya apalagi setia
bersamanya membutuhkan perjuangan yang akan menguras habis pikiran, tenaga dan
tentu rasa. Barangkali kamu akan bertanya; mengapa Dia izinkan yang demikian? Mengapa
ketika memulai kebaikan sudah mendapat ujian?
Karena bukankah hasil yang kita terima adalah surga yang sudah barang tentu
mendapatkannya tak mudah? Karena barangkali Dia ingin melihat seberapa
seriusnya kau menujuNya.
Dunia yang kau ingin menggenggamnya
saja kau kerahkan segala upaya, kau luangkan semua waktumu yang ada, maka
apalagi untuk kebahagiaan hidup kekalmu? Bukankah wajar kalau perjuanganmu
lebih dari itu? Dan wajar bila ujiannya sulit pun rumit?
Lihatlah Sang Tauladan kita, apakah status keNabiannya membuat beliau bebas
dari ujian? Padahal surga sudah menjadi jaminan. Bahkan beliau ditentang oleh
keluarga, terusir dari kampung halamannya. Lalu masihkah kita merasa perlu
di(ter)lepas(kan) dari segala ujian? Siapa kita berani berharap bahkan meminta
demikian?
Maka ingatlah
dan mohonkanlah serupa yang DIA ajarkan di surah Ali Imran-Nya diayat delapan;”
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah
Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kami rahmat dari sisi-Mu,
sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”
Maka bila nanti asamu menjumpa surutnya ingatlah lagi bahwa Dia
memerintahkan kita untuk dalam ringan maupun berat lakukan saja kebaikan,
suarakanlah kebenaran, karena bukankah Dia menilai usaha bukan hasilnya? Karena
bukankah Dia yang menentukan hasilnya? Dan kita hanya bisa berupaya?
Senja mari berupaya dalam ringan maupun beratnya
untuk setia istiqamah
tags: inspirasi
Comments
Post a Comment