Posts

Showing posts from March, 2014

Dear K.. :')

Image
istanaradio.com Dear    si K.. Apakah benar semua telah berubah?? Apakah kita harus mencontohi waktu yang senantiasa berubah?? Apakah tak bisa seperti dulu saja?? Apakah waktu yang sedang menyapa kita kini hanya mengahadirkan luka?? Apakah aku juga menimpalinya?? Menaburi garam pada lukamu yang sedari awal telah kian menganga??  Dear si   K.. Aku hanya merasa ; sepertinya tak apa, menimbun rindu pada jarangnya bertemu, seperti katamu. Tapi K, mengapa rindu yang kian menggunung ini hanya menghadirkan sembilu?? Bukankah sebaiknya kita gusurkan saja gunung rindu ini?? Agar tak ada yang mengahalangi tatapan hangat kita, obrolan penguat kita dan tentu rasa sayang kita.  K.. Egoiskah aku, jika aku tetap mengaharapkan mu seperti dulu?? Berada di sini, di sisiku, menjelma adik sekaligus kakak untuk ku..?? Egoiskah aku?? Jika aku yang mungkin telah berubah menurutmu mengharapkanmu untuk tetap seperti dulu??  Aah.. K.. Andai kau tahu, di sini, di hatiku

Way_

Image
Apa Kau tahu..  Sudah berapa jauh kah jalan ini kita susuri?? Apa sudah setengah perjalanan?? Atau bahkan kita sedang tertipu, sedang di kelabui oleh lelahnya kaki yang ternyata sedari awal hanya berjalan di tempat??  Tapi sungguh aku sedang merasa lelah… lelah karena ternyata aku hanya sedang mengulang pekerjaan yang tak kunjung aku memulianya. Pekerjaan itu ada di sini (pikiran ku) bersileweran kesana-kemari, tak menemukan jalan keluar, tiap pintu yang ia ketuk   berbuah sapaan : ‘lakukanlah,, karena kau bisa!!’. Ah.. andai saja sang pemberi sapaan itu sedikit membuka pintu dan mengintip, tentu ia akan melihat di balik pintu ada sesosok jiwa yang kepayahan memikul harapan-harapan para pemberi sapaan.    www.akhwatmuslimah.com                                                                                    Si Mentari Senja, 29 maret ’14 @ 01.05 am Tags : Bahasa hati

Say >> N(e)O to Galau

Image
dari > http://tilulas.com/ Akhir-akhir ini sering galau, pikiran galau, tingkah laku galau dan tentunya perasaan juga ikut galau. Sejujurnya aku menyukai situasi ini, aneh bukan?? Tapi memang seperti itu adanya. Ketika galau, perasaan begitu mendominasi, hingga membumbung tinggi dan ketika tak sanggup lagi, membaginya pada pendengar sejati ( my mentari dan si pintu darurat > maaf ya ngerepotin mulu), sering juga blog pribadi jadi pelarian (sastra/nulis) diri.  Argh.. tetiba sadar, aku ini sampai kapan seperti ini : “dikit-dikit galau, galau kok dikit-dikit” -__-‘.   Rasanya, menjadi manusia galau nomero uno in de world, it’s not awards!!. Lah terus…?? Udah insyaf ya?? || Emang galau itu dosa??   || #heh?? || Hihihi.. || bukan insyaf tapi tepatnya bangun, karena galau bagiku artinya tidur. Tidur dengan di nina bobokan asumsi-asumsi liar tentang peristiwa yang sedang in dalam siklus hidupku. Kalau asumsi sedari awal telah liar maka bisa di tebak kan impactnya buat hidup

Persinggungan : Pemakluman

Image
Penat sudah segalanya, telah bertukar pikir hingga bertukar rasa, namun tak jarang kebuntuan yang sering menyapa karena ketidak sepahaman hingga menjadikan yang di pikir dan dirasa begitu menyesakkan karena maksud hati dan pikir kita tak searah, ini bukan dilema dalam diri namun ini dilema dalam jalinan antar sesama jiwa yang di warisi karakter   berbeda. Telah terbiasa dengan proses kesepakatan tanpa di susupi perang kata yang mengemuka namun dengan penyatuan pikir dan hati diruang kesepahaman yang tak tergapai oleh indra, ini bukan berarti taklik buta tetapi ini merupakan satu diantara sekian anugerah yang dapat kalian rasa di majelis-majelis ‘tertentu saja’, menjadikan segala yang terasa kini begitu berbeda bahkan memuakkan, membuat apatis jadinya. Awalnya bagiku segala yang dirasa dan dipikir dapat di terima dengan bertukar pendapat, namun segala telah berbeda, karena medan yang di hadapi juga berbeda. Pernahku memaksa, mengikuti semua yang ku mau, ini bukan pemaksaan tanp

Lampu Kota

Image
Tentu pernah kita melihatnya. Di kala malam, ia menerangi setiap sudut kota, menambah pesona nan anggun tiap land mark kota. Tanpanya, terasa biasa bahkan tak ada beda yang biasa dan luar biasa. Bukankah ia begitu menarik???.. sepertinya.. Sesekali, kunjungilah land mark kota di waktu tak di temani si lampu , tentu akan terasa beda bahkan biasa. Begitupun hidup kita (mungkin) membutuhkan si lampu kota, mungkin bukan untuk menambah pesona tetapi tentu untuk mendapatkan ‘biasan’ cahayanya pada hidup kita. Lampu kota dalam hidup kita, bisa jadi adalah orang-orang terdekat kita atau mungkin untuk orang lain, kitalah lampu kota mereka. Si lampu kota.. Membiasakan cahaya yang sumbernya dari Sang Pemilik Cahaya, maka ia seperti rahmat bagi gelap nan pekatnya hidup seseorang, ia tak menuntut balas pamrih, cukup award dari Pemiliknya kelak. Cukup Pemiliknya baginya untuk tetap menjadi si lampu kota, menerangi sampai mati, menerangi tak untuk di puji. Mungkinkah aku dan kau bisa