Posts

Showing posts from 2014

prière

Pada tangan yang terus menengadah, ada harap yang tak pernah pudar,  ada kata yang denganya segala harap sampai padaNya. Bukankah Dia begitu dekat, maka berdoalah.! mengapa Dia tidak mengizinkan kita untuk sekejap saja mengintip masa depan? Bukankah lebih membahagiakan jika kita telah tahu isi dari masa depan? Dia tak ingin kita kecewa lalu menyerah lantas tak mau berusaha, lebih dari itu Dia hanya ingin kita percaya padaNya, lalu semakin dekat dengan-Nya. Masa depan, bahkan satu jam dari sekarang tak hanya berisi kesenangan kan? Ada ketakutan yang dengannya lahirlah kecemasan; bagaimana jika begini? Tapi kalo begitu juga bagaimana? Sampai disitu, garis bawahi kecemasan. perhatikan hati dan pikiran kita. Bukankah Hati yang cemas sedang meminta pikiran segera bertindak?     “berdoalah, kerena hanya dengan itu segala harap bisa berjumpa dengan Dia yang mengabulkan segala”, bisik hati pada pikiran. 01:31 dini hari. Senyum simpul merekah membayangkan tiap perist

Hari 14

Barangkali hanya dengan berdamai kau bisa dengan mudah melangkah,  Bukankah DIA tahu segala? Dua minggu, waktu berlalu begitu saja. Sialnya aku masih begini-begini saja, berkutat dengan masalah yang semakin diipikir semakin mlipir. Aku tertinggal untuk kesekian. 14 hari, rasanya ini waktu yang cukup untuk mengambil sikap. Aku pun telah benar-benar merasa bahwa tak ada lagi waktu yang tersisa untuk berleha-leha, tak boleh (lagi) memberi ruang kepada ketakutan-ketakutan menjajah pikiran. Bukannya aku membenci pikiranku, hanya saja aku tak cukup berani melawan ketakutan yang terlahir dari pikiranku sendiri.   Sepersekian menit, kesadaran  itu hadir  menyentak pikiran, melumat hati yang tak lagi lapang. ................................................... Gerimis. Tetes-tetesnya mulai menggenangi ruas pipi. Sekelebat bayangan memenuhi memory. Mendapati seorang perempuan dengan lantangnya menuturkan satu demi satu mimpinya, seakan hari esok sudah pasti dia jumpai.

(jangan) mudah menyimpulkan

Ketika menikmati cerita entah dari ruang berebatas kaca atau dalam deretan kata, kadang membuat kita ingin cepat-cepat mengetahui ending -nya. Kita jadi tak sabaran, memencet tombol enter pada title episode akhir, mencari sub judul di menu buku. Dalam hitungan menit hati kita mungkin terpuaskan dengan aksi ‘potong alur’ begitu, tapi bukankah itu berarti kita sedang tak menikmati?   bahkan sebenarnya kita tak mampu menerima alur yang tertakdirkan dari cerita yang sedang kita lahap. Lalu bagaimana bisa kita memahaminya?  Di hidup kita sendiri, ternyata kita melakoni hal yang sama, ingin cepat selesai, ingin cepat sampai. Sayangnya cerita di planet biru ini tak sama dengan cerita yang tersaji di layar kaca atau buku yang kita baca yang bisa dengan sesuka hati kita pilih. Untuk bisa mengetahui akhir cerita, kita tak bisa memotong jalan, mengintip hari esok atau meloncat di episode terakhir cerita hidup kita. Ada yang harus dipilih, dijalani, di hadapi dan di ambil

i'll be there~ InsyaALLAH

Image
Bandung adalah kota perasaan  -Kurniawan Gunadi- Aku tak benar-benar tahu sejak kapan memiliki rasa ini, rasa rindu   (pada sesuatu bukan seseorang) yang minta untuk segera di tuntaskan!!. Bandung, ini adalah kota yang hampir membuat penuh rongga rindu ku itu.  Mungkin ada yang bertanya, mengapa harus Bandung? Bukan korea saja. Bukankah sedari awal kau telah menyukai korea? :) Sejujurnya akupun tak tahu pasti alasanya, hanya saja korea terlalu jauh untuk menjadi pijakan pertama setelah lulus kuliah dan menjadi awal mula cerita dari   terlewatnya seperempat usia.  Tapi harus ku akui yang kian kesini menarik hati ke bandung adalah beberapa penulis yang tulisanya ku sukai berasal dari kota ini, meski tak semua asli orang sunda. Beberapa tulisan mereka seolah telah mengajak ku berkeliling kota dengan berkendara rasa.  Bandung, kota yang kini di nahkodai oleh kang Emil ini telah benar-benar membiusku. Aroma jalan bekas singgahan hujan, gedung-gedung tua tempat terbe

Mata dari Lingkaran Cahaya

Image
manusia istimewa karena hati dan akalnya, namun tanpa penglihatan yang istimewa sepertinya terasa biasa saja. Jika ditanya apa yang paling disyukuri dari kehidupan selain kesempatan peroleh hidayah hingga (istiqamah insyaALLAH) di hari ini ialah memiliki mata yang mampu menangkap cahaya dan warna. Perempuan itu telah sekian lama rabun matanya. Dia tak mampu melihat  dengan benar, hanya meraba-raba, jadinya dia dibantu kaca mata. Beberapa bulan terakhir, perempuan itu benar-benar kehilangan kemampuan melihatnya, meski ini sudah dia alami sejak lama. Namun kali ini berbeda, dia sungguh tak lagi bisa membedakan sesuatu yang berada jauh dari tempatnya. Ya, perempuan itu kehilangan kaca matanya. :’( Tapi perempuan itu tak benar-benar menyesalinya, karena katanya : “aku lebih suka memandang  segalanya tanpa sekat  frame kaca mata”. Begitulah tiap hal dibawah langit biru ini, kehilangan sesuatu bisa berarti mendapatkan sesuatu. Dan perempuan itu mendapatkan rasa syukurnya, b

sahabat jiwa

Image
Raga akan berkalang tanah, jiwa akan kembali pada Tuhannya, namun akan ada yang tetap dikenang dari yang telah berpulang, ialah jejak. Malam itu, di bawah temaramnya purnama, tetiba ingatanku memutar ulang kenangan kita, aku mendapatimu tersenyum ceria selepas penatnya meyelenggarakan agenda, mendapatimu terburu-buru karena tak mau mereka menunggu, mendapatimu diam-diam meneteskan bulir air mata, mendapati kita yang saling berpeluk mesra menguatkan masing-masing jiwa.  Aku dan kamu telah memilih menempuh sebuah jalan, dari tempat dan waktu yang sama. Detik berganti menit, berganti jam, berganti hari. Bulanpun telah menggenap tahun, perjalanan kita tak ubahnya kapal yang mengarungi birunya samudra.  Sudah banyak tempat yang kita singgahi, sudah banyak hal yang terlakoni, sudah banyak jiwa yang kita temui, katamu:” perjalanan ini telah menjadikanku sebagai aku, terimakasih pada Dia yang telah menghadiahi perjumpaan dan kebersamaan”.   ..................... Lalu bagai

Rel..

Image
taken from : www.kampus-sipil.com Aturan dalam agama kita ibarat rel kereta dan tentu kita adalah keretanya.   Untuk sampai di stasiun, kereta harus tetap berjalan di atas relnya. Bagaimana jika kereta tak memiliki rel? Tentu ia tak akan mampu bergerak, tak akan bisa mencapai tujuannya. Bagaimana jika ia tak berjalan diatas relnya? Mungkin saat itu ia sedang menabrak sesuatu hingga terpental keluar dari relnya. Seperti halnya kereta begitupun kita, jika tak ada aturan dalam agama yang mengatur seluruh hidup kita, tentu kita tak bisa benar-benar hidup, pun jika aturan itu ada namun kita tidak menjalankannya, maka tak ada bedanya kita dengan kereta yang terpental dari relnya. Lalu, bagaimana bisa kita peroleh janji-Nya? Si Mentari Senja, 10 Oktober 2014 Tags: inspirasi,prosa

samar~

Image
Bagaimana jika kau tak mampu melihat dengan benar? Pandanganmu buram.  mata yang buram membuat semua yang kau pandang menjadi samar hingga membuatmu tak mampu mengenal. Memandang hal yang jauh membuatmu meraba nan menerka apa yang kau lihat. Kadang kau bisa menebak dengan benar namun lebih banyak kau akan salah dalam menebak.   Lalu bagaimana   dengan mata yang tak bisa melihat? Tentu semua akan terlihat sama, gunung dan pantai, kota dan desa, termasuk siang dan malam, semua menjadi sama, gelap dimana-mana. maka.. terpujilah Dia, sebaik nan sesempurna mencipta, tak ada cela ataupun kurang disana. ALLAH… terimaksih untuk segala karunia yang tiada henti kau beri. :’) taken from : www.pujaputri.my.id Si Mentari Senja, 7 Oktober 2014 Tags: inspirasi

Jarak

Image
Ruang dan waktu yang kita sedang berjalan di dalamnya ini tiada lain adalah balon udara yang sedang ditiup, awalnya tak ada sekat apa lagi jarak, udara yang masuk kedalamnya memperbesar ukurannya, menjauhkan sisi satu dengan lainnya, jadilah udara itu jarak bagi tiap sisinya. taken from : dindafitriasabila.wordpress.com   Seperti udara, jarak itu tak terlihat mata tapi ia ada dan nyata diantara kita. Apa kau pun merasakannya? Aku tak sedang mengutuk jarak ini, toh jarak dicipta untuk membersamai kita, bahkan ketika kita telah saling mengikat satu sama lain nanti, bukankah jarak akan tetap ada? Dan saat itu jarak yang mengemuka adalah ekspresi dari rindu yang tak mampu luruh meski kita telah menyatu. Rindu pada tiap moment yang kita pahat dalam detak-detik waktu, dan itupun termasuk rindu untuk tiap waktu dimana kita hanya mampu menyapa dalam doa, kau menyebut namaku dan aku melafal namamu.   Aah.. sepertinya aku mulai menyukai jarak ini.. jarak yang melahirk

Jalan.....

Image
Kepada jalan sep e rtinya saya perlu menghaturkan terimakasih, bersebab hadirnya saya mampu menemukan beberapa remah kenangan, bersebab hadirnya pula saya bisa melepaskan bertumpuk beban. Berjalan bagi kebanyakan orang adalah aktivitas yang biasa saja seperti aktivitas-aktivias lainnya. Mengayuhkan kaki sampai tujuan, melewati   jalan tanpa hambatan, menyebrangi zebra cross, melewati tikungan dan bahkan menempuh jalan tikus. Tak ada spesial dari satu demi satu langkah yang terayuh bahkan sebagian besar hadiah dari perjalanan yang di diterima adalah hanya kelelahan.  Tak bisa saya dustai itu pun saya alami, tapi cobalah lebih dalam resapi tiap langkah yang kau pijak, tiap ruas jalan yang kau lewati, tiap hembusan angin yang dengan lembut merambat di pipi, bahkan tiap lelah yang kau terima, adalah sebuah moment yang tak bisa kau ulangi bahkan bilapun kau tetap berjalan di jalan yang sama di tiap harinya. Bertumpuk moment itu kita sebut sebagai kenangan, sesuatu yang terc