Mata dari Lingkaran Cahaya

manusia istimewa karena hati dan akalnya, namun tanpa penglihatan yang istimewa sepertinya terasa biasa saja.


Jika ditanya apa yang paling disyukuri dari kehidupan selain kesempatan peroleh hidayah hingga (istiqamah insyaALLAH) di hari ini ialah memiliki mata yang mampu menangkap cahaya dan warna.

Perempuan itu telah sekian lama rabun matanya. Dia tak mampu melihat  dengan benar, hanya meraba-raba, jadinya dia dibantu kaca mata.

Beberapa bulan terakhir, perempuan itu benar-benar kehilangan kemampuan melihatnya, meski ini sudah dia alami sejak lama. Namun kali ini berbeda, dia sungguh tak lagi bisa membedakan sesuatu yang berada jauh dari tempatnya. Ya, perempuan itu kehilangan kaca matanya. :’(

Tapi perempuan itu tak benar-benar menyesalinya, karena katanya : “aku lebih suka memandang  segalanya tanpa sekat  frame kaca mata”. Begitulah tiap hal dibawah langit biru ini, kehilangan sesuatu bisa berarti mendapatkan sesuatu. Dan perempuan itu mendapatkan rasa syukurnya, betapa Sang Maha Pencipta sempurna dalam mencipta.

17 november 2014, rasa syukur perempuan itu bertambah tak terhitung berapa kali lipat. Betapa tidak, lingkaran cahaya yang selama ini dia bernaung di dalamnya memberikan kesempatan  - melihat dengan benar (kaca mata)-  menjadi perantara cahaya untuk kedua matanya.

Tiada yang bisa terucap selain syukur atas segala nikmat, terkhusus atas kehadiran para pembawa cahaya-Nya. Rabbi, curahkan nan lipat gandakan tiap inci kebaikan kepada mereka.
mata dari lingkaran cahaya :')



Note : si~K, terimakasih untuk tiap hal yang kau bagi dan karena telah menjadi yang menemani melihat indahnya senja.


Si Mentari Senja, 18 November 2014 

Tags: ruang rasa, prosa

Comments

Popular posts from this blog

Menunggu, Jangan(?)

Pulang

Ketepatan