Pulang

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kerinduan untuk “pulang” kepada TuhanNya. Meski itu setitik kecil dihatinya. Manusia berangkat meninggalkan Tuhan melalui kelahirannya di dunia. Lalu, kembali “pulang” melalui perjalanan panjang di dunia hingga kematiannya.
– Abdullah pada Kasva-
(Muhammad Sang Pewaris Hujan)


Pulang dan sebuah perjalanan panjang menuju rumah yang sejati. Ada dua  jalan yang DIA bentangkan; shiratalladzina an’amta’alaihim atau al-maghdlubi’alaihim. Pada hati dan akal kita DIA beri kecenderungan untuk memilih jalan mana yang akan kita lewati. Dan aku yakin tiap diri pernah merasakan kerinduan ini, kerinduan pada jalan terjal dan penuh pengorbanan.

Kau tahu kenapa aku begitu yakin bahwa meski sekali dalam tarikan nafas, kita pernah merasakan rindu ini? Siapapun dan dari manapun kita berasal, sekelam apa hidup yang sedang kita jalani, kita pernah merasakannya. Kau tahu Umar bin Khatab bukan? Kau tahu bagaimana perjalanan “pulangnya menuju rumah”?

Adalah Umar, satu diantara yang memulai perjalanan ini bukan hanya dari nol melainkan dari minus. Berangkat dari kebencian yang teramat  hingga berkeinginan membunuh Rasulullah, Umar akhirnya tershibgah oleh hidayahNya. Siapa sangka Umar bisa memperoleh hidayah? Bahkan saat itu orang-orang tahu bahwa mengharapkan keislaman Umar serupa berharap unta bisa bersyahadat, sangking mustahilnya. Tapi siapa yang bisa menduga takdirNya?

Dan yang Umar lakukan setelah peroleh hidayah ialah meneti jalan yang sulit lagi mendaki. Syahadat yang terikrar sebagai janji suci, Umar tunaikan hingga wafatnya. Jalan pulang ini sukar, penuh pengorbanan, kanan kirinya terbentang ujian.

Menempuh jalan ini tak hanya bersandar pada kerinduan akan “pulang” saja melainkan kita diminta untuk mengikuti panduan yang telah DIA berikan; Al Qur’an dan tentunya As Sunahnya juga. Karena DIA tahu jalan ini sukar lagi penuh ujian maka DIA bekalkan kita panduan yang dengannya kita tahu jalan ini akan mempertemukan kita pada kenikmatan yang sejati. Dan tentunya, mengikuti panduan tak akan membuat kita tersesat apa lagi salah jalan.

Betapa ALLAH Maha Pemurah, telah DIA sematkan pelajaran untuk kita pada mereka yang dibersamakan dengan Muhammad Saw, terjamin surga tapi tak membuat mereka lalai diperjalanan pulangnya. Amanah sebagai khalifah tak membuat mereka silau akan nikmatnya berkuasa meski 2/3 dunia telah digenggam. Bukannya semakin gemerlap hidup mereka alih-alih mereka semakin tunduk dan sederhana. Dunia tak menyilakukan mata Karena hati telah dipenuhi rindu untuk bertemu denganNya.

Lalu, bagaimana kita? Apakah rindu yang kita rasa telah mengajak kaki kita untuk melangkah atau jangan-jangan kaki kita semakin jauh saja dari jalan pulang?




seNja, 18 Desember 2016
rindu pulang, moga kaki tak Lelah menuju rumah(Nya)



Note : terimakasih Tasaro GK untuk serial Muhammad saw


Tags: Inspirasi 

Comments

Popular posts from this blog

Menunggu, Jangan(?)

Ketepatan