Posts

Showing posts from July, 2016

Menunggu, Jangan(?)

Akan ada masa dimana semua terasa tak bergairah, terasa tak berukhuwah. Lalu lingkaran kita melonggar hingga tak berpola. Mimpi kita menerawang di udara, pikir kita saling beradu dalam kata. Kaki kita saling menjauh dalam langkah. Apa lagi rasa, jangan ditanya, ia tak lagi peka menyambung kita. Lantas diam, kita memilih menunggu dalam diam. Menunggu pada seruan yang menggerakan kita. Pada langkah yang mendekatkan kita. Pada rasa yang merekatkan kita. Tapi, tahukah kita? Menunggu tak selamanya berbuah jawab yang kita harap. Karena kadang yang kita tunggu pun sedang menuggu (kita). Maka luruhkanlah menunggumu, jangan jadikan ia candu, meski memulai dan menunggu tak sesederhana itu.   Dear langit :’ SeNja. 19 Juli 2016 sedang berpayah menggusur menunggu  tags; RuangRasa 

Pintu F

Menyesal itu barangkali selalu menghadirkan tanya; dapatkah diulang kembali? Dan jawabannya dapat dipastikan; tidak, sengingin apapun kau! Beberapa tahun silam ada sebuah pintu yang selalu aku ketuk disaat sempit ataupun lapang. Pintu itu memang selalu dibuka disetiap kali aku mengetuknya. Aku selalu ingin melewati pintu itu, karena setelah melewatinya ada senyum yang tiada lelah disunggingkan, ada rinai yang tak pernah sendirian. Aku kecanduan, darinya sendiri itu seperti tak pernah ada. Lalu, alur cerita jadi terlalu berbeda. Aku sulit memainkan karakter didalamnya. Sudah kucoba untuk biasa saja, hanya saja semua sudah tak biasa, yang ada aku hanya berpura-pura. Aku memilih untuk enggan mengetuk pintu itu lagi, setiap kali ingin itu hadir tiap kali itu pula aku mengutuknya, mengerahkan segala daya untuk tak menuju pintu itu apa lagi mengetuknya. Sambil berkata; sendiri itu tak mengapa (saat itu aku bohong). Tak mudah mengubah kebiasaan. Aku sakau, bila ada kata yang mewa

Hamba

Perasaan hampa yang mendekam dalam jiwa barangkali pertanda ada yang kau butuhkan lebih dari sekadar waktu luang untuk katanya liburan, karena bukankah liburan tak serta merta mengusurkan kosong di hatimu? Telah kau terima waktu untuk menghapus habis segala penat dan jenuh yang memenjarakanmu. Telah kau kunjungi yang katanya tempat penghilang penat, tetapi selepas itu penatmu masih disitu. Telah kau jumpai segaramu, meski saat itu kau bisa menarik nafas dengan riangnya, namun selepas itu (lagi) hanya ada hampa yang setia menemanimu. Kau bertanya;” adakah yang salah dengan ini semua? Adakah yang belum aku lakukan untuk sekadar merasa lebih ringan? “ Barangkali yang kau butuhkan adalah jujur pada dirimu bahwa hampa itu adalah pertanda kau telah memandang dari sudut yang salah, bahwa bahagia yang kau cari bukanlah tentang seberapa luang yang kau punya untuk menikmati ‘dunia’ melainkan seberapa siap kau melepaskan ‘dunia’ untuk kembali menjalani tujuan hidup yang sesungguhnya