Pintu F

Menyesal itu barangkali selalu menghadirkan tanya; dapatkah diulang kembali? Dan jawabannya dapat dipastikan; tidak, sengingin apapun kau!

Beberapa tahun silam ada sebuah pintu yang selalu aku ketuk disaat sempit ataupun lapang. Pintu itu memang selalu dibuka disetiap kali aku mengetuknya. Aku selalu ingin melewati pintu itu, karena setelah melewatinya ada senyum yang tiada lelah disunggingkan, ada rinai yang tak pernah sendirian. Aku kecanduan, darinya sendiri itu seperti tak pernah ada.

Lalu, alur cerita jadi terlalu berbeda. Aku sulit memainkan karakter didalamnya. Sudah kucoba untuk biasa saja, hanya saja semua sudah tak biasa, yang ada aku hanya berpura-pura. Aku memilih untuk enggan mengetuk pintu itu lagi, setiap kali ingin itu hadir tiap kali itu pula aku mengutuknya, mengerahkan segala daya untuk tak menuju pintu itu apa lagi mengetuknya. Sambil berkata; sendiri itu tak mengapa (saat itu aku bohong).

Tak mudah mengubah kebiasaan. Aku sakau, bila ada kata yang mewakili rindu barangkali itulah bentuk rasaku mengutuk pintu itu. Hanya saja, tembok antara aku dan pintu itu terlalu tinggi untuk didaki dan terlalu kokoh untuk diruntuhkan.

Tak mau berandai, tapi aku ingin kembali mengulang masa itu, kembali melewati pintu itu, untuk berterimakasih atas tiap detik yang terlewati, untuk tiap lapang yang ku jumpai, untuk rasa sayang yang tiada pamrih, untuk status adik yang dia beri dan untuk maaf yang aku ingini. 

Sesal itu selalu diakhirkan?, dan kesempatan itu ada atau tidak tergantung kau.




seNjA, juli 2016
yang merindui pintumu kak F :’)
tags: RuangRasa

Comments

Popular posts from this blog

Menunggu, Jangan(?)

Pulang

Ketepatan