Hamba

Perasaan hampa yang mendekam dalam jiwa barangkali pertanda ada yang kau butuhkan lebih dari sekadar waktu luang untuk katanya liburan, karena bukankah liburan tak serta merta mengusurkan kosong di hatimu?

Telah kau terima waktu untuk menghapus habis segala penat dan jenuh yang memenjarakanmu. Telah kau kunjungi yang katanya tempat penghilang penat, tetapi selepas itu penatmu masih disitu. Telah kau jumpai segaramu, meski saat itu kau bisa menarik nafas dengan riangnya, namun selepas itu (lagi) hanya ada hampa yang setia menemanimu.

Kau bertanya;” adakah yang salah dengan ini semua? Adakah yang belum aku lakukan untuk sekadar merasa lebih ringan? “

Barangkali yang kau butuhkan adalah jujur pada dirimu bahwa hampa itu adalah pertanda kau telah memandang dari sudut yang salah, bahwa bahagia yang kau cari bukanlah tentang seberapa luang yang kau punya untuk menikmati ‘dunia’ melainkan seberapa siap kau melepaskan ‘dunia’ untuk kembali menjalani tujuan hidup yang sesungguhnya yakni menjadi hamba.

Menjadi hamba memang bukan berarti tak menikamti dunia, akan tetapi menikmati dengan porsi yang sebenarnya, hingga tak ada rasa kehilangan yang menyiksa bila kau tak lagi bisa merasai dunia yang kau ingini. Biasa saja pada dunia. Serupa senja, dunia ini fana, sementara.

Menjadi hamba adalah cara berdamai yang paling cepat dengan takdir. Kau tahu mengapa? Karena saat usaha telah kau kerahkan, saat doa tiada putus kau lantukan namun kenyataan tak serupa yang kau harapkan, kau akan mudah menerima yang namanya takdir Tuhan. Kau akan cenderung menyadari, dari sekian harapan yang menurutmu adalah baik untukmu, namun tak selalu seperti itu menurutNya. Dan bukankah memang seperti itu yang menuliskan garis hidup kita adalah yang paling tahu yang terbaik untuk kita?

Menjadi hamba adalah menjadi yang memahami tujuan hidup di bumi. Mengetahui apa yang harus dilakukan, apa yang harus dihindari dan apa yang harus diperjuangkan hingga nayawa tiada lagi diraga. Pertanyaannya; sudahkah kau perjuangkan tujuanmu? Ya, menjadi hamba (saja), mungkin tidak mudah karena jalannya akan diwarnai uji, tapi yakinlah tiada yang lebih beruntung selain mereka yang telah berjuang untuk sampai ditujuan.



seNja
12 Juli 2016
Yang sedang memulai perjuangan. 



Tags: inspirasi 

Comments

Popular posts from this blog

Menunggu, Jangan(?)

Pulang

Ketepatan