Posts

Showing posts from October, 2016

Terimakasih, Ibu

Memasuki akhir dibulan oktober dua puluh lima tahun lalu, barangkali adalah hari-hari terpayah untukmu. Rasa sakit yang telah Sembilan bulan membersamaimu, memasuki puncaknya. Saat itu apa yang menguatkanmu ibu? Apa yang membuatmu tetap kuat menerima sakit itu? Apa karena aku? Karena setelah berpayah dalam sakitmu kau bisa bertemu denganku? Ibu, bagaimana rasanya kau akhirnya melihatku tepat didepan matamu? Apa sakitmu telah mereda setelah aku benar-benar menghirup udara dunia? Ibu, aku pengalaman pertamamu, aku yang pertama kali membuatmu mencicipi rasa sakit Sembilan bulan lamanya. Setelah inipun aku masih menjadi yang pertama memaksamu untuk sedikit saja mencicipi nikmatnya tidur, siang maupun malam. Apa kau kepayahan ibu? Apa kau juga bingung atas tangisanku yang tak kau mengerti maksudnya? Ibu, aku sangat penasaran bagaimana kau melewati hari-harimu bersamaku dulu? Apa aku menyulitkanmu? Atau aku juga turut menghadirkan senyuman dihari yang kau lewati? Ibu, seiring be

Menjalani Hidupmu Sendiri(an)

Seberapa menarik kehidupan orang lain dimatamu. Seberapa inginnya dirimu menjadi sebahagia mereka dianganmu. Kau tak akan pernah bisa sampai pada semua itu sebab tiap jiwa telah ditetapkan jalan takdirnya. Bukankah hidupmu itu adalah menjalani apa-apa yang telah ditakdirkanNya untukmu sendiri, senja? Ada bahagia dan nestapa yang DIA gilirkan sebagai ujian untukmu, hambaNya. Tapi takdirNya bukankah ada andilmu juga didalamnya? Kau memilih satu takdir sehingga kau berlepas dari takdirNya yang lain. Maka ada pertanggung jawaban dari dirimu padaNya diakhirat kelak atas pilihanmu itu. Pilihan yang kau ambil adalah hidupmu itu sendiri saat ini dan nanti. Kau adalah pemeran utama dari cerita hidupmu itu. Maka kaulah yang akan menjalani hari-harimu bukan orang lain dan bukan menjalani pilihan hidup orang lain, seberat apapun jalan yang kau pilih. Dalam menjalani pilihanmu itu barangkali akan ada andil orang lain, berupa masukan ataupun saran. Hanya saja semua itu selalu kembali p

Sinergi

Apa kau percaya senja, tujuan yang sedang kau perjuangankan ini ternyata juga sedang diperjuangkan oleh orang lain. Lalu semesta menjalankan titah Tuhannya, mempertemukan kalian yang setujuan, dan kemudian membersamakan kalian atas nama tujuan yang sama. Tujuan-tujuan ini menjadikan dirimu dan mereka memilih bersepakat untuk bersama meraihnya. Merancang tahap demi tahap untuk selangkah lebih dekat pada tujuan kalian. Maka kau dapati dirimu dan mereka membincangkan banyak hal, dan kemudian membagi peran, kata orang pada umumnya kalian sedang bekerjasama. Bekerja bersama katamu disuatu jeda adalah sebuah kenikmatan dariNya. Bagaimana tidak, beberapa kepala dengan isi yang tentu berbeda meski memiliki niat yang sama memilih untuk menuangkan ide yang mana tak semua idenya bisa diterima, menahan egoisme diri. Tak jarang perdebatan dan adu gagasan terlontar dari lisan kalian, barangkali saat itu ada yang merasa kecil hati atau mungkin merasa tak dianggap, tapi semua itu tak menjadik

Gairah

Kau tentu telah tahu senja, bahwa setelah niat kau hidupkan, kau butuh sesuatu yang ternamai gairah agar niatmu yang telah mewujud itu dapat kau lestarikan disepanjang hidupmu. Gairah, jangan kau anggap remeh ia, meski ia hanya serupa penggembira tapi bila ia tak ada bahkan untuk berniat saja rasanya kau enggan. Gairah, kadang ia menjelma alasan dibalik tiap pilihanmu, ia serupa pendorong untuk mu melakoni sesuatu, menambah percaya akan dirimu saat kau tak melihat sesiapa disampingmu. Maka gairahmu serupa kesatria yang dengan pedang tajamnya menebas satu demi satu tunas keinginan untuk menunda niatmu. Tapi tahukah kau senja, gairah dapat naik dan turun serupa laut yang pasang surut. Maka gairah dapat menjadi sebaliknya bila kau salah meletakkannya. Pertanyaannya; pada apa kau letakkan gairahmu? Pada apa kau sandarkan seluruh alasan bergerakmu senja? Bila alasanmu kau sandarkan pada fananya dunia, maka saat dunia kau rasa tak lagi bersahabat denganmu tak ada yang tersisa da

Melangkahlah

Senja, kau ingat,ditiap pilihan yang kau ambil, kau adalah yang mudah memberi ruang pada kekhawatiran, membiarkannya membawa serta pertanyaan-pertanyaan; adakah cara yang ku ambil ini benar? Apakah aku tak kan menyesal? Adakah jalan ini semakin mendekatkanku pada tujuan? Tanya yang memberondong ditiap lengah maupun fokusmu itu lebih sering menjadikanmu menunda untuk melakukan apa-apa yang kau rencanakan bahkan sering pula ia menjadikanmu dengan berat hati merelakan niatmu pergi. Padahal senja, bukankah kau tahu rencana tak bisa kau lepas pisah dari realisasinya? Dan realisasi hanya bisa terjadi bila kau mau melangkah? Katamu masa depan sengaja DIA tutupi agar hambaNya mau melangkah, mengisinya dengan yang katanya mimpi-mimpi mereka. Maka bukankah itu berarti masa depan yang masih samar itu bisa saja berisi mimpimu? Lantas mengapa kau ragu untuk melangkah? Keraguan, kekhawatiran dan bahkan ketakutanmu, pernahkah kau berpikir bahwa itu semua juga hanya kemungkinan seperti ha

Niat

Adalah yang tak pernah selesai diuji meski ia telah usai kau tunaikan, niat. Senja, diperjalananmu yang telah menemui usia dengan bilangan yang dua, ada yang mesti selalu terpatri dalam pikiran dan lubuk hatimu. Adalah niat-mu dalam melakoni apa-apa yang tersebut sebagai kebenaran dan kebajikan. Niat, tentu ia tak bisa kau lihat namun serupa udara ia nyata adanya, membersamai dirimu disepanjang waktu. Tak satupun aktivitasmu yang terlepas dari niat, dari membuka hingga menutup mata. Dan kau tahu, senja, pada niatmulah segala upayamu diberi nilai olehNya. Niat menjadikan seseorang dimataNya teramat istimewa meski dengan lakon yang sederhana, atau sebaliknya niat dapat menjadikan seseorang begitu buruk dihadapanNya meski lakonnya teramat luar biasa dimata dunia. Sederhananya, nilai  kita dimata Rabb semesta alam ditentukan oleh seberapa benar niat kita, dan niat yang benar adalah lillah (karena Allah). Bukankah niat begitu besar andilnya dalam hidup manusia, senja? Maka pada