Jarak
Ruang
dan waktu yang kita sedang berjalan di dalamnya ini tiada lain adalah balon
udara yang sedang ditiup, awalnya tak ada sekat apa lagi jarak, udara yang
masuk kedalamnya memperbesar ukurannya, menjauhkan sisi satu dengan lainnya,
jadilah udara itu jarak bagi tiap sisinya.
taken from : dindafitriasabila.wordpress.com |
Aku tak sedang mengutuk jarak ini, toh jarak dicipta untuk
membersamai kita, bahkan ketika kita telah saling mengikat satu sama lain nanti,
bukankah jarak akan tetap ada? Dan saat itu jarak yang mengemuka adalah
ekspresi dari rindu yang tak mampu luruh meski kita telah menyatu. Rindu pada
tiap moment yang kita pahat dalam detak-detik waktu, dan itupun termasuk rindu
untuk tiap waktu dimana kita hanya mampu menyapa dalam doa, kau menyebut namaku
dan aku melafal namamu.
Aah.. sepertinya aku mulai menyukai jarak ini.. jarak yang
melahirkan aksara hingga menjuntai ke Arsy-Nya,dan seperti kata Azhar Nurun
Ala; “Dia pasti bertanggung jawab. Menciptakan jarak berarti siap menanggung
resiko menerima rentetan doa-doa tentang pertemuan yang antri untuk
dikabulkan”.
Noted: untuk #kamu yang sedang menujuku
Dalam balon udara yang makin membesar ini, selain merapal doa untuk
pertemuan kita dan bersabar menunggu
pertemuan itu, yang harus kita lakukan saat ini adalah membenahi diri,
mempersiapkan bekal sebanyak hitungan perjalan kita nanti. Dan bekal terbaik di
perjalanan ini adalah kedekatan kita dengan-Nya. Aaiih.. kau pasti juga tahu
tentang hal ini bukan?? ^_^
Si Mentari
Senja, 1 Oktober 2014
Tags : ruang rasa, #kamu
Comments
Post a Comment