Senandika
Sebenarnya apa
yang sedang kau cari? Perjalanan macam apa yang sedang kau susuri? Mengapa kau
hanya menggurutu saja? Mengapa hanya pada ketidak sanggupan dan ketidak
mampuanmu yang kau lihat? Bukankah nikmatNya bertebaran ditiap helaan nafasmu? Jika
tak bisa kau lihat bukankah bisa kau
rasakan anugerahNya pada mu?
Duhai jiwa yang
tiada lelah bertanya, ingatlah kau hanyalah
makhluk, maka sudah barang tentu Dia lebih tahu akan kebutuhanmu, pun
dengan itu Dia lebih tahu dimana memposisikanmu, kapan mengurai satu demi satu
takdirNya untukmu.
Duhai jiwa yang
tiada berhenti menyesali, sesesal apapun
kau pada apa yang luput dari mampumu, ingatlah itu merupakan takdirNya, meski
itu menyertakan kepedihan bagi hati yang lainnya, ingatlah bahwa takdirmu
tidaklah hanya berisi kamu, melainkan takdirmu pun adalah persinggungan antara
jalan hidupmu dan jalan hidup mereka yang dipersinggungkan denganmu. maka jika
kau telah mengiringkan doa dan usaha namun dengan itu tiada mampu kau cegah
hati lainnya untuk terluka, percayalah tetaplah akan ada dan akan selalu ada
kebaikan padanya.
Duhai jiwa yang
berikrar percaya dan yakin pada Rabbnya. Bukankah percaya dan yakin itu tiada
mudah? Lupakah kau bahwa percaya dan yakin adalah uji yang tiada henti Dia
beri? Lupakah kau bahwa perjalanan hidupmu adalah pembuktian akan kepercayaan
dan keyakinamu padaNya?
Jika kau telah
memilih percaya pada Dia maka percayalah, maka syukurilah rasa percaya yang Dia
hadirkan padamu dengan tetap percaya pada Dia.
PS : kau pasti takut, takut
melibatkan hati orang lain, takut mengecewakan orang lain, namun ingatlah senja
dalam perjalanan hidupmu jika tak bisa kau hentikan “perang” rasa, kau tentu
tahu hati siapa yang mesti kau selamatkan terlebih dahulu. Hati mereka karena dengan begitu kau
sedang menyelamatkan hatimu sendiri.
Si Mentari Senja, 7 September 2015
tags: bahasa hati
Comments
Post a Comment