Pahamilah, Sadarilah, Begeraklah
Tetaplah
bersama, setialah hingga aku bertemu denganNya duhai kesadaran.
Apakah untuk melahirkan langkah-langkah tak cukup dengan pemahaman? Bukankah paham - kita yang
tahu kenapa, untuk siapa dan kapan memulainya- semestinya menjadikan
kita tak lagi memberi ruang bagi alasan untuk duduk melenggang?
hening membius sekitar, kepada yang
sedang bertanya, jawaban itu datang menyapa: tidak senja, paham dan kesadaran tak
selalu seiring sejalan sebab pemahaman tak selalu mampu memberi jalan bagi
kesadaran untuk tampil setelahnya.
Bukankah sudah kau baca kisah-kisah
mereka; orang-orang yang terpandang karena kepahamannya, namun pahamnya membuat
mereka berbelok arah. Kisah mereka terjejak nyata membersamai manusia Mulia.
Mereka: Walid Al Mughirah dan Amr bin Hisyam (Abu Jahal).
Walid Al Mughirah; kalimatnya bahkan
ALLAH abadikan pada salah satu surah cintaNya, Surah Al Mudatsir. Dia kebingungan
dalam menentukan apakah sebenarnya Al qur’an itu.
“.. Kemudian dia (merenung)
memikirkan, lalu berwajah masam dan cemberut, kemudian berpaling (dari
kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata, ‘(Al-Qur’an) ini hanyalah
sihir yang dipelajari (dari orang-orang terdahulu), ini hanyalah perkataan
manusia.” ( Qs. 74;21-25)
Padahal dia adalah yang dikenali
sebagai orang yang mumpuni dikalangan kaumnya. Dan pemahaman tak selalu
melahirkan kesadaran.
Amr bin Hisyam, siapa tak
mengenalnya. Ilmu dan kepandainnnya menjadikan dia dikenal dikalangan quraiys dengan nama kauniyah Abal
Hakam (Bapak Kebijaksanaan). Namun sayang, dia pun dikenal dengan nama lainnya
Abu jahal (Bapak Kebodohan). Bukan, bukan karena dia tak tahu baca atau tulis, melainkan
pembesar qurisy (satu diantara dua Amr yang didoakan langsung oleh Rasul untuk
peroleh hidayah dariNYa) ini adalah korban dari pemahaman yang tak mampu
memberi jalan bagi kesadaran. Bahkan menjadi penentang utama bagi kesadaran.
Maka senja, berhatilah-hatilah pada
pemahamanmu. Bila pemahamanmu tak mampu memberi ruang bagi kesadaran untuk
bergerak barangkali itu tanda bahwa kau belum purna memahaminya. Bahwa kau
masilah butuh lebih dalam mengenal dan mempelajarinya, terlebih dijalan yang
kau yakini sebagai jalan kebenaran dan kebaikan. Pada jalan ini, kau masih
harus terus memahami cara-cara menempuhnya, memahami tabiatnya, memahami
tantangan dan ujiannya, dan kemudian sadar bahwa tiap-tiap yang kau pahami akan
meminta pembuktiannya. Maka pahamilah, sadarilah, bergerkalah. Moga tak payah.
Senja, 22
november 2015
Sadarilah,
bergeraklah.
Tags: inspirasi
Comments
Post a Comment