Menyelam

Di lautan nikmat, dua makhluq berpisah,
Yang satu tenggelam, yang satu menyelam.
Kau tahu apa bedanya?
Jalan Cinta Para Pejuang - Salim A. Fillah


Kenikmatan dunia itu seperti samudera, luas terbentang dan penuh keindahan. untuk bisa mendapati segala keindahannya kita perlu ‘memasukinya’. Semakin dalam semakin indah tapi semakin jauh semakin mudah hanyut. Maka ada yang menyelam, ada yang tenggelam.

Di dunia, kenikmatan tak hanya menjelma harta, tahta dan kuasa melainkan juga kedekatan denganNya. Merasa mudah untuk membaca firmanNya, mudah menjumpaNya disepertiga malam, mudah menyisihkan sebagian rezeki bagi yang berhak atasnya, bukankah ini nikmat yang begitu besar?. Lalu, tak kita sangka bahwa kenikmatan itu dapat membuat kita tenggelam, tenggelam karena merasa telah dekat dengan Sang Pemilik Jagad.

Padahal dalam kebaikkan dan kedekatan denganNya pun kita tak boleh tenggelam melainkan mesti menyelam, karena ketika kita tenggelam kita akan cenderung merasa sudah baik dan merasa cukup dengan kebaikkan yang kita usahakan.

Menyelam akan meminta kita menyiapkan segala perangkat terbaik, tentu agar kita tak tenggelam. Dan perangkat terbaik agar kita tak tenggelam kata  Salim A. Fillah adalah kesadaran. Kesadaran bahwa kita adalah hamba, dan sebaik-baik hamba adalah yang memanfaatkan tiap karuniaNya bagi diri dan lainnya.

Mari menjadi Sesadar Sang Penyelam, moga tak tenggelam.

Senja, 25 oktober 2015
Jangan tenggelam ning


#Bandung365
Tags: inspirasi, 

Comments

Popular posts from this blog

Menunggu, Jangan(?)

Pulang

Ketepatan