(Baiknya) Diam



Menjadi yang harus menyimpan dan meredam semua rasa adalah tak melulu soal pilihan, karena sepertinya tak ada yang sanggup (memilih) memendam apa-apa yang seharusnya dinyatakan.
Ia seperti wewangian, seingin apapun menyembunyikan, baunya akan tercium juga. 

Adakah yang mengalaminya? 

Rasa yang mana kau tak ingin memilikinya karena belum tepat (waktu), namun seolah semesta dan hatimu berkonspirasi merekayasa hadirnya semua yang sedang kau rasa. 

Tetiba kau menjadi marah, menjadi muak pada apa-apa yang kau lakoni karena sudah tak sejalan dengan nurani. Menyalahkan diri sendiri tak urung menjadi aktivitas yang tak terlewatkan dalam keseharian hingga menjadi kebiasaan.

Atau sebaliknya, kau menggila karena ingin segera dipenuhi hasratnya.

Adakah ini pun turut kau rasa? 

Benar, bahwa rasa apapun itu jenisnya adalah fitrah dari-Nya. Kehadirannya adalah sebuah keniscayaan dan konsekuensi dari keberadaan kita. Tapi segala yang dicipta termasuk itu rasa, memiliki kadarnya (ukuran) bukan?. Dan kadar bukan hanya soal ukuran namun juga soal ke-tepat-an. Sudah tepat-kah ia?  Benarkah ini waktunya? 

Jika sampai disini, tengoklah rambu-rambu dari-Nya (al qur’an dan as sunnah), agar kita selalu searah dengan-Nya, karena hidup memiliki standar dan standar hidup kita (yang memilih berada tetap dijalan-Nya) adalah apa-apa yang Ia perintah dan larang,  yang jika tak sejalan akan membuat kita berantakan, konsekuensinya tak selamanya diperoleh didunia memang tapi bukankah akhirat itu nyata adanya? 

Mari, berusaha bijak menyikapi apa yang sedang berkecamuk di ruang rasa meski ku tahu itu (terkadang) sulit adanya karena rasa berbeda dengan logika, sulit diraba pun sulit terbaca. Namun  mungkin saja ini  bagian dari ujian kehidupan yang jika berhasil, kau akan memperoleh kedudukan terbaik disisi-Nya dan mungkin juga ini adalah madrasah hidupmu, untuk mengokohkan jiwamu karena bukankah Ia menguji apa-apa yang menjadi kelemahan diri?

#secuil renungan diri, sungguh yang menulispun adalah bagian dari yang diuji, semoga kita mampu melewati tiap ujian dengan menyandang status LULUS.. aamiin 

Si Mentari Senja, 18 juni 2014
Tags: Ruang rasa

Comments

Popular posts from this blog

Menunggu, Jangan(?)

Pulang

Ketepatan