Dua Bendera


Kedua bendera itu berkibar,,, dan diatas untanya Muhammad saw duduk dengan kepala tertunduk , “fasabbih bihamdika wastaghfirh...” . Matanya menitikan bening yang syahdu. ALLAH memenangkannya hari ini. Dan kedua bendera itu berkibar.

Salim A. Fillah (Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim)

Dua bendera,,dua bendera yang mengantarkan Rasulullah kembali ke kampung halamannya setelah hampir sepuluh tahun menjadi yang terusir dari tanah lahirnya. Dua bendera yang menjadi simbol nikmatnya ukhuwah yang melahirkan komitmen pada keimanan ditengah-ditengah derasnya kedzoliman para kafir. Dua bendera yang tetap menjadi kebanggaan kedua pemiliknya. Dua bendera yang seharusnya menjadi  teladan bagi generasi muslim sesudahnya, dua  bendera itu :
 Muhajirin dan Anshar.”
Sejarah Islam telah mementaskan sin-sin terbaik bagi penikmat teladan assabiqunal awwalun dalam meniti jalan cinta menuju ridho Illahi . Para Assabiqunal awwalun,, mereka : muhajirin dan anshar. Muhajirin dan Anshar, membincangkan mereka seperti sedang mengurai salah satu nikmat ALLAH dari begitu banyak-Nya nikmat yang Ia berikan atas keimanan hamba-hambanya, yakni nikmat ukhuwah.Ukhuwah adalah kekuatan besar yang mampu mengantarkan islam menuju kejayaan. Ukhuwah  yang kokoh ini terlahir dari iman yang mengakar kuat dalam dada pemeluknya , iman ini pula yang menelurkan KOMITMEN dalam kondisi lemah atau pun  kuat, lapang maupun sempit, senang dan sulit.

#Yang ditindas untuk pembuktian iman : Muhajirin
“Bagi orang-orang faqir yang berhijrah yang terusirdarikampunghalamandanhartabendamereka (karena) mencarikarunia ALLAH dankeridhaanNyadanmerekamenolong ALLAH danRasulNya.Merekaitulahorng-orang yang benar.” (AL Hasyr; 8)
Muhajirin berasal dari kata hajara yang berarti berpindah. Muhajirin adalah kaum yang berpindah / hijrah dari Makkah ke Madinah sebagai sebuah pembuktian atas keimanan. Muhajirin,adalah mereka yang pertama-tama masuk Islam, dan mereka yang menjadi pondasi awal dalambangunan diinul Islam. Menjadi pondasi tentunya mewajibkan mereka untuk mampu menopang tiang-tiang ynagmenancap diatasnya agar tak mudah roboh apatah lagi mampu dimakan rayap kemunafikan dan kekafiran, maka untuk membentuk pondasi yang kokoh dalam islam para muhajrin, ALLAH tempa dengan tantangan yang menguji seberapa berimannya mereka selama 13 tahun di Makkah. Tak tanggung-tanggung ujian itu Dimulai dengan penyikasaan, pemboikotan sampai akhirnya keharusan berpindah dari kampung halaman.Dari merekalah kita belajar arti komitmen : para pondasi peradaban dari kalangan muhajirin.
Komitmen pada jamaah adalah kemampuan dan kemauan untuk MENYALARASKAN perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan sasaran jamaah atau organisasi, ini mencakup cara-cara mengembangkan tujuan atau memenuhi kebutuhan organisasi . kaum muhajrin adalah potret itu,,potret sebuah kaum yang mengejawantahkan komitmen dalam perjuangan hidup mereka,dari aliran darah hingga hembusan nafas. Terkisahkanlah pada kita komitmen indah sang muadzin Rasulullah : Bilal bin Rabbah, terik panas nan menyengat padang pasir Makkah menjadi saksi pembuktian itu, tak luput pun batu itu, batu yang menindih dada sang muadzin. Berat,,ya.. namun komitmen itu tetap menjulang tinggi nan kokoh ke langit, dan kata yang terucap dari lisannya semakin mempertegas komitmennya : “Ahad… Ahad..Ahad“:’)
Tak berhenti pada para pondasi peradaban, komitmen itu mewabah kepada para pemilik naungan ditengah arus penolakan :
#Yang bersedia memberikan segala :Anshar
“ dan orang-orang yang telah menempati rummah (Madinah) dan telah beriman sebelum kedatngan Muhajirin, mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberika kepada Muhajirin. Dan mereka mengutamakan Muhajirin atas diri mereka sendiri , sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan barangsiapa dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”
(AL Hasyr:9)
Seperti tak mau kalah dari para muhajirin, Anshar pun memilki itu :komitmen,dalam bentuk yang lain : mengutamakan saudara muhajirin mereka atas diri mereka sendiri. Konsekuensi dari pembaitan yang diikrarkan oleh mereka adalah komitmen berjuang bersama Rasulullah dan para muhajirin. Perjuangan itu bermula dari ikatan yang di simpul-kan oleh Rasulullah : mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar, dari sinilah karya-karya mereka menjejak di semesta ini.
Maka Badar,uhud, khandak, tabuk dan hunain, adalah jejak indah mereka dalam pembuktian komitmen. Namun, mari rehat sejenak di oase itu : perang hunain, mengambil minum dari telaga di oase ini memahamkan kita bahwa terkadang pembuktian komitmen yang dilakukan secara berjamaah selalu dibersamai dengan godaan : cemburu.
“ sesungguhnya ALLAH telah mmenolongkamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat sedikit pun dan bumi yang luas itu terasa sempit oleh mu , kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. (At Taubah: 25)
Ketika itu ALLAH memberikan pertolonganNya kepada kaum muslimin :menambah barisan mereka untuk mengalahkan musuh ALLAH, dan kemenangan itupun di peroleh. Namun, kemengan itu menyemburkan kecemburuan kaum Anshar kepada saudara mereka yang baru menyandang status muslim, inilah godaan cemburu itu : Ghanimah (harta rampasan perang). Ghanimah yang diperoleh dari perang huanain begitu melimpah ruah.
Ji’ranah adalah saksi bisu itu, saksi pembagian ghanimah Hunain yang dirasa oleh kaum Anshar menciderai hak-hak mereka :tak sepeser dirham atau pun seekor peliharaan yang mereka peroleh dari ‘perjuangan’ mereka, inilah titik ujian itu. Hal ini menimbulkan protes dari kalangan Anshar kepada Rasulullah, dan akhirnya terdengar oleh Rasulullah. Rasulullah pun memerintahkan Sa’ad bin Ubadah untuk mengumpulkan kaum Anshar dan memulai menjelaskan maksud beliau dalam membagi ghanimah tersebut :
Ba’da Rasulullah bertahmid dan menyebutkan karunia ALLAH kepada kaum Anshar, beliau bersabda :
“ Demi ALLAH, jika kalian menghendaki, dan kalian adalah benar lagi dibenarkan, maka kalian bisa mengatakan padaku: Engkau datang dalam keadaan didustakan, lalu kami membenarkanmu, engkau datang keadaan lemah lalu kami menolongmu, engkau datang dalam keadaan terusir lagi papa lalu kami memberikan tempat dan menampungmu.”
Sampai disini air mata kaum Anshar mulai melinang dan isak mulai terdengar.
“ wahai kaum Anshar … apakah di hati kalian masih terbersit hasrat kepada ‘sampah dunia’ , yang dengannya aku hendak mengambil hati segolongan orang  agar masuk islam, sedangkan keislaman kalian tak mugkin kuragukan?. Apakah tidak berkenan di hati kalian, mereka pulang membawa unta dan domba sedangkan kalian kembali membawa ALLAH dan RasulNya?. Demi ALLAH yang jiwa Muhammad dalam genggamanNya, kalau bukan karena hijrah, tentu aku termasuk orang Anshar .Seandainya manusia menempuh jalan di celah gunung ,dan orang-orang Anshar memilih celah gunung yang lain niscaya aku mengikuti kaum Anshar. Ya ALLAH, sayangilah orang-orang Anshar, anak orang-orang Anshar,dan cucu orang-orang Anshar..!”
Dan pembuktian komitmen itu terpahat disini, dari lisan kaum Anshar,berbalut isak dan tangis yang mengalir hingga membasahi jenggot mereka :
“ kami ridha kepada ALLAH dan RasulNya atas pembagian ini.., kami ridha kepada ALLAH dan RasulNya menjadi bagian kami..”
Inilah mereka, muhajirin dan anshar.Membersamai Rasulullah dalam meniti jalan ALLAH, membuahkan karya yang menjejak di sepanjang zaman, hingga ke masa kita ini. Dari mereka, kita pahami hakikat iman, hakikat perjuangan, hakikat berkomitmen pada jamaah ini baik dalam susah maupun bahagia.

Dari yang sedang belajar  menghujam dan mengokohkan komitmen dalam setiap hembusan nafas dan setiap jejak perjuangan :
Si Mentari Senja, 29 November 2013
Note :
1. Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim : Salim A. Fillah
2. Rasulullah Way Of Managing People :Haryanto
3. Sirah Nabawiyah :Shafiyyur-Rahman  Al Mubarakfurry




Comments

Popular posts from this blog

Menunggu, Jangan(?)

Pulang

Ketepatan