Cinta Misi, Langitku; KAMMI PATTIMURA
Tentang sebuah konsekuensi dari : pernyataan, janji, dan sumpah ;
“Syahadat”
Tentang sebuah misi suci : menyambung estafet perjuangan Murabbi
sepanjang masa “ Muhammad saw”
Tentang sebuah komitmen pada bai’at suci di jenak waktu antara aku
dengan langit itu
Ya.. ini tentang cinta Misi, Misi Suci ; Dakwah, bersama langit yang
telah setia menaungi hingga kini : KAMMI
PATTIMURA
Cinta, kata yang terdiri dari lima abjad ini begitu magic. Hanya lima
huruf namun mampu lestari dari zaman baheula hingga zaman berada, bahkan kini
menjadi komoditi ekonomi terlaris dunia : dari yang berbentuk benda hingga
slogan-slogan kapitalis yang membungkus licik dagangan murahannya. Kita salah
satu penikmatnya, menikmati spektrumnya dalam bingkai : keluarga, persahabatan,
pasangan jiwa dan untuk yang satu ini, spektrum itu begitu pemilih : menghamba
pada Sang Pencipta dan mengkudwah pada sang tauladan sepanjang masa.
Spektrum yang pemilih itu kita sebut saja : Cinta Misi. Ya.. misi,
memiliki tujuan yang tak hanya berstatus dunia tetapi juga akhirat, maka tentu
kepada Rabbi semua bersebab dan dariNya pula semua akan berakibat. Cinta misi, kata
Anis mata : cinta ini terlahir dari misi yang suci, di dorong oleh emosi
kebajikan dan di dukung dengan kemampuan memberi. Lanjut menurut beliau, cinta
ini lain dari pada yang lain karena cinta ini terkadang sering berada di titik
itu : tak berbalas, seperti bertepuk dengan angin dan tentu tak selalu bersama.
Tengoklah kisah cinta itu: sang Nabi telah bersusah dalam mesranya
merajut cinta, mendatangi satu demi satu pintu rumah untuk sekedar mengingatkan
keEsaaNya, bukan dalam bilangan hari, bulan, tapi tahun, bahkan tecacat disana
kurang lebih 950 tahun sudah ia merenda cintanya, namun apa buah dari cintanya?
“ Dia berkata; ya Tuhanku,
sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam. Tetapi seruanku tidak
menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaaran). Dan sesungguhnya
aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka,
mereka MEMASUKAN ANAK JARINYA ke TELINGANYA dan MENUTUPKAN BAJUNYA (ke
wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri.” ( Qs.
Nuh : 5-7)
Atas balasan cinta itu, apa yang di perbuat Sang Nabi?
“maka aku berkata (kepada
mereka); mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sungguh Dia Maha Pengampun.” (Qs. Nuh:
10)
Rabbi.. betapa agungnya cinta sang Nabi, dalam gejolak tak terbalas
cintanya tetap indah melesat melewati batas ketidak terimaan. Dan dialah : Nuh
Alaihissalam.
Dan kisah cinta yang ini, yang mampu membelalakan mata kita, yang
mengajari betapa tak sanggup nan mampunya kita menyamainya bahkan dalam usaha
yang teramat tekun sekalipun, karena ialah cinta Sang Khalik kepada MakhlukNya;
cinta ALLAH kepada kita hambaNya.
Telah berjejer dalam mushaf Ustmani tercinta, betapa besarnya cinta
ALLAH kepada kita, tak berbilang, tak mampu di jumlah. Tapi aneh niyan balasan
akan cinta yang tiada henti mengalir ini dari yang dicinta (para hamba), tak
banyak yang mengakuNya sebagai Rabb apalagi Illah, bahkan dengan terang nan
jelas menyatakan penolakannya. Maka cinta ini, sering berujung pada ketidak
bersamaan itu.
Rabbi.. atas upaya ku menyata
cinta padaMu, semoga Kau bersedia membalasnya dengan kebersamaan denganMu di
jannahMu, meski upayaku tak sempurna, meski ia bertabur noda..
Makapun sama pada cinta misiku untuk KAMMI PATTIMURA, insyaALLAH tak
seperti menepuk angin karena ia berbalas sudah namun harus ku akui kini
kebersamaan yang merupakan hasil dari rajutan cinta kami akan segera berjarak.
Bukan karena aku tak lagi mencintanya, bukan karena tak lagi kurasa cinta
darinya, bukan,,, sungguh bukan keduanya atau bahkan karena yang lainnya. Namun
ini karena cinta misi ku harus tetap menyala, memberi banyak cahaya kepada
langitku tercinta (KAMMI PATTIMURA), karena cinta ku padanya harus mampu
melewati batas masa dimana aku dan dia kadang tak saling menyatu dalam raga.
Ah.. langitku, andai kau tahu empat tahun lebih bersama telah membuat
hati ini terpaut padamu, membuat kaki ini terpasung olehmu, membuat pikir ini
hanya tentangmu.
Ah.. langitku, kini saatnya kita mengambil bagian dari cinta kita berdua,
menumbuh kembangkannya dan kemudian saling membaginya, meski harus berjarak,
meski tak selalu bersitatap.
#sebuah pengakuan cinta,
menuju Musyawarah KAMMI PATTIMURA ke-8
Notes : ‒ Pelajaran Cinta ; Anis Mata,
Serial Cinta.
Si Mentari Senja, 7-8 Junuari 2014
Tags: Bahasa hati,inspirasi
Comments
Post a Comment