Saudara Fillah

Kau tahu apa yang paling aku khawatirkan dari manisnya persaudaraan kita?
Ialah aku yang tak lagi mampu memenuhi hakmu sebagai saudaraku, ialah aku yang menjadikan ukhuwah dan cintamu padaku bak sekat yang membatasi kita untuk saling mengingatkan saat alpa dan keliru menjumpa.

Saudaraku fillah, dalam perjalanan yang kita susuri ini adalah sebuah anugerah diberi nikmat bersaudara meski tak ada ikatan darah. Iman yang ada didada adalah benang merah yang mengikat kita, dengannya kita memahami pentingnya bersama dijalan menujuNya.

Perjalanan yang kita lalui telah kita insyafi sebagai jalan yang sepi dan bertemankan sunyi, maka tatkala bertemu yang setujuan terasa mendaki jauh lebih mudah dan riang. Meski bersama kadang membuat perjalanan kita sedikit lebih lama, karena ada beda yang harus kita selaraskan ditiap perjumpaan. Bagiku beda mu dengan ku bukanlah masalah selama ia bukan soal aqidah dan selama kita mampu mengelolahnya, kadang aku yang harus maklum dan paham, pun kamu sebaliknya.

Namun ada yang perlu kita pahami dan atur kembali dari ikatan ukhuwah kita, tentang cinta dan konsekuensinya. Kamu tahu cinta bukan? ia akan menuntunmu sebagai yang menjaga agar yang dicinta tak berbuat keliru ataupun salah, ia akan memintamu menjadi yang memberi tanpa mengharap balas budi.

Tentang menjaga agar tak keliru ataupun salah barangkali sedikit membuat kita lebih payah. Rasa sayang yang kita punya kadang berupa simalakama, membuat kita menjadi yang sungkan lalu enggan untuk saling mengingatkan. Padahal kita telah pahami tak ada ukhuwah tanpa cinta, tak disebut cinta saat kita tak bisa saling menjaga, menjaga agar satu sama lain terhindar dari keliru dan salah, apa lagi jika ia terus berulang.

Saudaraku fillah, bila kau dapati diriku hendak berbuat keliru, cepat-cepatlah ingatkan aku, pun saat aku terlanjur berbuat salah, jangan menghindar, sebab kejujuran dalam mengingatkan yang keliru dan salah lebih baik dari pada diam karena sungkan. Dan cinta, tak pernah membuat para pecinta untuk takut berkata yang sebenarnya meski terdengar pahit ditelinga tentu sesuai adabnya.

Duhai saudaraku fillah, bukankah ukhuwah kita telah kita jadikan sebagai salah satu cara untuk bersua di akhirat kelak?, karena manisnya ukhuwah yang telah kita rasakan di dunia tentu membuat kita amat merugi bila tak kita dapati di akhirat nanti. Maka mari, saling sehat menasehatilah kita dalam kebenaran dan kesabaran, moga ALLAH mampukan.

seNjA
01.00am. 19 mei 2016
saudaramu yang sedang belajar merobohkan sekat bernama sungkan
tags: ruangRasa 

Comments

Popular posts from this blog

Menunggu, Jangan(?)

Pulang

Ketepatan