Istidraj

Semalam dikirm gambar oleh salah seorang gurunda. Ya Rabb, jangan-jangan selama ini aku termasuk didalmanya. 

Bila maksiat masih ringan kita lakukan namun nikmat selalu Dia berikan. Lalu diri merasa biasa saja bahkan cenderung berbangga merasa menjadi yang selalu dikabulkan pintanya. Padahal itu adalah jebakan, jebakan dengan nikmat yang Dia segerakan (Istidraj).

Terngiang kembali salah satu pesan gurunda Salim A. Fillah pada saat bedah buku lapis-lapis keberkahan kemarin. Tentang bagaimana ALLAH mengabulkan pinta kita. "Bila kau didatanagi pengamen bersuara cempreng, nada dan liriknya seperti sedang berkelahi. Agar dia segera pergi, bukankah kau akan secepatnya memberi apa yang dia ingini?. Sebaliknya, bila yang mendatangimu adalah pengamen yang bersuara merdu bak penyanyi papan atas. Kau begitu menikmati tiap lirik yang dia senandungkan, maka kau sedikit menunda memberi apa yang dia hajati.


Begitupun ALLAH, bila apa yang kita ingini terasa begitu cepat Dia beri, padahal saat menghajatinya tak kita iringi dengan amal sama sekai malahan cenderung melakukan maksiat. Barangkali karena Dia tak suka lama-lama mendengar pinta kita. Maka Dia segera memberi yang kita ingini.

Sebaliknya, bila yang kita hajati telah kita iringi dengan amal dan usaha yang terbaik, namun begitu lama Dia mengabulkannya. Barangkali karena Dia suka berlama-lama mendengar tiap pinta kita. Bukan karena Dia tak peduli dan tak mau mengabulkan.

Bukankah kita akan cenderung dekat padaNya disaat kita menghajati sesuatu dariNya? Maka barangkali Dia menunda agar bisa berlama-lama bermesra dengan kita, hamba yang selalu dicintai olehNya.

Maka benarlah yang terkata oleh Umar bin Khatab ra, “ Aku tak perduli apakah doaku dikabulkan atau tidak melainkan yang aku pedulikan adalah apakah aku selalu berdoa atau tidak.”

Ya Rabb, mampukan kami selalu berdoa padaMu, bersabar menanti pengabulan dariMu, Jauhkanlah kami dari rasa berbangga atas apa-apa yang sejatinya bukan milik kami melainkan kami peroleh dariMu, lindungilah kami dari istidrajMu. 


seNjA
20.5.2016
Meuju kantor, dibersamai kecemasan

Tags: inspirasi

Comments

Popular posts from this blog

Menunggu, Jangan(?)

Pulang

Ketepatan