Memakna Jalan Cahaya
Cahya bertebaran disekitarmu
butir-butirnya membutakan dua belah matamu
"sudah sampaikah kita?" tanyamu tiba-tiba
Lupakah kau bahwa baru saja sampai di dermaga?
Sapardi Djoko Damono - Cahaya Bertebaran-
Jalan yang sedang kita susuri saat
ini, kita yakini sebagai jalan menuju-Nya. Dimana-mana berpendar cahaya,
melingkupi tiap inci tapak yang terjejak.
Dilingkupi cahaya tak serta merta
membuat jalan yang kita susuri menjadi mudah, melainkan ada cobaan untuk
menguji kokohnya janji.
taken from: pixabay.com |
Dibersamai cahaya tak lantas menjadikan kita
bercahaya, karena kadang rasa memiliki cahaya dapat menghadirkan tinggi hati
atas diri yang tak sepenuhnya suci.
Jalan ini terus kita susuri, satu
demi satu anak tangga telah kita lewati, bukankah ini mirip dengan mendaki?
Tujuan kita ada di puncak sana, jauh dari pandangan mata, namun cahayanya
menjadi petunjuk dan pembangkit semangat kita. Mendaki, karena hanya bila
sampai di puncak kita bisa peroleh tujuan. Seperti halnya mendaki, lelah nan
penat memaksa kita untuk mengambil istirahat, istirahat yang tak biasanya,
namun kita percaya jalan yang bercahaya ini dapat terus kita susuri.
Lama sudah
kita beristirahat, sampai-sampai kita lupa bahwa jalan kita masih panjang, kita
bahkan belum mencapai setengah pendakian. Hanya karena di tempat peristirahatan
ini kita telah mencicipi sedikit dari tujuan yang kita cari,lantas apakah kita
harus berhenti? Bukankah tujuan kita ada disana? Di puncak tentunya. Dan
lihatlah bukankah kita baru melewati pos
pertama??
Teruslah berjalan dijalan ini, jika pun kita tak lagi bersama,berjanjilah saat itu kau ataupun aku telah berhasil memperoleh satu diantara dua janji-Nya, hidup mulia atau syahid dijalan-Nya.
Teruslah berjalan dijalan ini, jika pun kita tak lagi bersama,berjanjilah saat itu kau ataupun aku telah berhasil memperoleh satu diantara dua janji-Nya, hidup mulia atau syahid dijalan-Nya.
Si
mentari senja, 6 september 2014
Tags: Inspirasi
Comments
Post a Comment