Na ya : Si Mentari Senja ^_^



Entah mengapa ingin saja menulis notes ini, jari-jemariku tiba-tiba merindu, merindu bersentuhan dengan keyboard, merengakai kata demi kata yang sedang berkelebat dalam benak hati dan pikirku dan menjejaknya dalam notes ini:

“Dan inilah aku.. tak semua hal cukupalah ini saja, inipun sudah membosankan,, bukan??”
                    
Aku, perempuan yang penuh dengan letupan-letupan perasaan. Meletup, ya, sejenak dan cepat sekali berubah tapi tidak untuk ‘perasaan’ yang satu itu.
Aku, berfikir dengan perasaan adalah karakterku, tak bisa di ubah,udah ter-sett dari sononya. Jadilah aku: selalu berkutat dengannya, dalam situasi apapun, yang selalu ku kedepankan adalah perasaan :” bagaimana ya perasaan mereka  kalo tingkah ku begini? Apa marah? Apa kecewa? Apa.. apa?. Di lain sisi : perasaan ini sering meyudutkanku di sudut : rasa bersalah yang terus naik levelnya dalam setiap perkara bahkan yang mungkin bukan aku pelaku utamanya.. hmm. >_<
Aku, si ekspresif itu : seperti buku, bisa dengan mudah di baca bagi orang-orang yang bisa membacanya, seolah di jidatku tertulis : sila di baca.. aish..
Aku, perempuan yang begitu banyak di anugerahi berkah dari Yang Memilikiku namun aku tak banyak menggunakannya, jadilah aku si pencemburu.
Aku, seperti yang lainnya : memilki visi, memilki mimpi, penuh khayalan. Mimpiku : menjadi bermanfaat bagi makhluk lainnya terkhusus manusia, tentu untuk meraih ridhoNya.
Aku, berpayah-payah dalam meraih mimpiku, karena ku tahu tak ada yang istimewa tanpa usaha yang luar biasa, tapi terkadang usahaku tak sepenuhnya luar biasa: kurang di sana-sini. Jadilah aku, kadang menyakiti perasaanku dan mungkin perasaan mereka yang sampai saat ini setia menemani diriku ini (mianhe chingu :’) )
Aku, si penyuka senja. Senja bagiku : begitu cantik, hangat, mempesona namun sedikit menyedihkan (ah,, ini hanya menurutku). Menyedihkan : karena hanya sebentar menjejak di langit dunia, memperlihatkan hangatNya Sang Pencipta, meski begitu ia tetap setia menjumpa manusia sebagai penanda hari baru.
Aku, biga neomu saranghanda ^_^. Biga : hujan, yang satu ini juga penanda rahmatNya. Seperti senja iapun mempesona namun sedikit berbeda : ia adalah energi itu, adalah kekuatan itu, adalah penyemangat itu, adalah si penghapus kegundahan nan kegalauan akan ketidak sempurnaan karya yang ku persembahkan.
Aku, si super speedy dalam berbicara. Ketika semua ku pahami dan telah berkolaborasi dengan letupan-letupan semangatku jadilah kata-kataku bagai  jet yang lagi terbang : wush.. aje gile cepet banget. Tetapi, jika ada yang masih tak ku pahami dan di tambah  deg-deg-an mampus, jadilah kata-kataku bak si pengayuh becak yang lagi asoy nge-goes di tengah-tengah padang ilalang : aseek... tarik mang, hehehe.
Aku, berlari adalah cara tercepatku meraih sesuatu, maka kaki ku ini begitu berarti. Kesana-kemari selalu bersama si kaki, hehehe. Pernah sekali seorang teman berkomentar : “ he.. tak bisakah dirimu ini berjalan dengan anggun : kakinya kalo lagi jalan berbentuk X dong... :  di silang gitu?”. Diriku : “ seperti ini? (sambil mendemo gaya pragawati lagi jalan: kaki X, wkwkwkwk),  hufft.. kapan gue bisa nyampe di tujuan..?, bukan gue banget!! (sambil nyengir, hehehe :b)

Aku, tak banyak, sedikit saja.. sudah sedikit membosankan bukan??? . aku, seperti halnya rembulan yang memiiki sisi kelam, maka cukuplah memandangku (itupun kalo mau) dari sisi yang sedang menghadap padamu, namun untuk sisi kelamku jika ia tertangkap kedua bola matamu cukuplah ia sebagai penanda bahwa aku juga manusia dan jika ia telah berada dititik ‘terlalu’ ,cepat-cepatlah mengingatkanku..

Untuk mereka yang telah setia bersamaku : terkadang , jika aku begitu membosankan nan menjenuhkan, cukuplah tahu saja tak perlu mengerti apalagi memahami, karena pasti melelahkan dengan si sanguinis ini ^_^.

# oret-oret                                                               
si mentari senja, 7 desember ‘ 13
tags: bahasa hati 


Comments

Popular posts from this blog

Menunggu, Jangan(?)

Pulang

Ketepatan