Hujan... Hujan... Barakallah

 Ada yang selalu kutunggu tiap kali moment mendebarkan itu menghampiri KAMMI
Seperti ada yang janggal dan kurang jika ia tak hadir
Tersebab hadirnyalah aku semakin yakin meski yang KAMMI perbuat begitu jauh dari kesempurnaan namun ALLAH tak akan pernah menyianyiakan.
( perempuan itu : si mentari senja)

Empat tahun sudah perempuan itu menambatkan hati dan pikirnya pada sebuah langit. Langit yang dengannya perempuan itu menorehkan karya untuk mengecap RidhoNya. Ya.. langit itu : KAMMI PATTIMURA.

Kisah perempuan itu dengan langitnya dimulai ketika perempuan itu memutuskan untuk melanjutkan studynya di Universitas PATTIMURA Ambon. Universitas yang pada saat itu begitu akrab dengan ketenaran : pengagamaan seseorang ke sebuah agama. Ah,, inilah yang mengakibatkan begitu banyak orang tua memepertimbangkan untuk tidak menguliahkan anak mereka di universitas ini (pendapat perempuan itu). Namun tak berlaku untuk perempuan itu, tersebab sebuah alasan yang sepelehlah (mungkin dimata yang lainnya) perempuan itu menjerumuskan dirinya di universitas itu, dan tahukah kalian kekaguman perempuan itu kepada “kakak-kakak berjilbab besarlah” yang membulatkan tekadnya, inilah alasan sepeleh itu. Sepeleh nan aneh mungkin, namun inilah kenyataanya, kenyataan bahwa meski universitas itu pada waktu itu begitu angker dengan isu itu namun toh masih ada hal yang mampu membuat dua diantara yang lainnya : perempuan itu dan sahabat jiwanya (nae jagiya : shin ji sup-ssi ^__^) memutuskan untuk mengukir jejak-jejak mereka disana, di bumi hotumesse.

Dari pesona para “jilbab-ers besar nan lebar” –lah perjumpaan itu dimulai. Sebuah brosur datang menghampiri perempuan itu di tengah hirup pikuk pengurusan MABA, brosur? (hmm,,honestly perempuan itu pada saat itu kagak ngerti apa itu brosur, hihihi). Brosur, sebuah undangan, undangan untuk memasuki kehidupan yang mendebarkan nan membahagiakan dari KAMMI (lupa bro n sis tanggal diselenggarkannya agenda itu T_T). Aula Fak. Ekonomi, tempat agenda itu berlangsung, datang dengan wajah polos nan planga-plongo perempuan itu mengikuti seluruh rangkaian agenda, ah.. hari itu sungguh baru disadarinya kini begitu bersejarah, meski yang dirasa kala itu dan beberapa waktu setelahnya tak lebih dari sebuah jebakan, jebakan yang membahagiakan pada kininya.

Dibaiat : mengambil sumpah setia menjadi seorang kader dakwah, ruangan itu (SMP IT As Salam Ambon) menjadi saksi dimualinya perjalanan panjang nan mendaki oleh perempuan itu. Menjadi kader, tak banyak yang dilakukan olehnya, ikut lingkaran pekanan dan kajian mingguan KAMMI yang juga jarang di selenggarakan (maaf ya Ibu kaderisasiku disaat itu, hehehe). 2010, pendakian baru yang lebih terjal : sekretaris kaderisasi, amanah atau bahasa awamnya jabatan disematkan pada si perempuan itu. Aneh, entah kenapa mereka begitu berani menyematkan amanah itu padanya. Aneh, ya karena perempuan itu begitu biasa bahakan amat biasa, tak sedikitpun hal yang dia ketahui dari amanahnya itu, alhasil dia hanya membebek pada ketuanya saja, tak satupun karya yang ia torehkan dimasa itu.

 Waktu terus berguril, tahun 2011pun menghampiri namun amanah itu tak pernah bergeser darinya, tetap istiqamah menjadi sekretaris kaderisasi. Sekretaris kaderisasi chapter 2 juga tak jauh berbeda, tak ada karya yang ia torehkan dalam perjalanannya. 2012 dan 2013, Pendakian itu kian terjal nan curam : menjadi ketua kaderisasi (sesak sekali menggucapkannya).

Telah berbanyak kata nan berpanjang kalimat, mari bergegas menepi agar hati dan pikir kita berada difrekuensi yang sama, frekuensi dari kata yang menjadi isu utama penulisan notes ini: kaderisasi. Sebuah departemen yang difungsikan sebagai seorang Ibu ; melahirkan, merawat, mengembangkan dan mencetak anak-anaknya sebagai sang Muslim Negarawan di pentas kehidupan yang bernama Indonesia. Melahirkan atau merekrut adalah satu dari sekian rutinitas sang ibu. Merekrut, memperkenalkan dan menggiring target untuk memasuki galaksi KAMMI adalah pekrjaan yang tak mudah, karena ia tak hanya meliputi ranah logika namun juga hati, yang satu ini ia sungguh begitu rumit. Merekrut:  pekerjaan yang dilakukan untuk sebuah misi suci : menambah barisan manusia muslim yang bangga akan kemuslimannya dan menjadikan islam sebagai  way of life-nya.

Merekrut, pekerjaan ini di KAMMI dikenal dengan Daurah Marhalah (DM), jika ditingkat komsat disebut DM1. Pekerjaan merekrut, mengajak orang lain untuk bergabung dan menjadi bagian dari para pengemban misi kenabian mewajibkan para pekerjanya memiliki perbekalan dan planning yang mumpuni demi menjebak setiap jiwa yang ingin  direkrut. Selalu terhubung dengan langit : terhubung dengan Sang Pemilik jagad raya adalah perbekalan utama dan pertama yang harus dimilki untuk menyentuh hati dan pikir objek rekrutmen itu. Maka berhasil dan tidaknya merekrut sangat bergantung pada baik atau buruknya hubungan itu. Inilah yang menjadi keunikan dari agenda ini, begitu lebar bentangan uji dari skala pedagang kaki lima : kesana-kemari mencari tempat yang aman nan nyaman untuk ber-activity (ada aja kejadian dimana panitia harus memindahkan lokasi perekrutan dari perencanaan awal atau bahkan tempat yang didapat tak sesuai dengan perncanaan) samapai skala enterpreneur : memiliki tempat nyaman buat service para pelanggan namun sayangnya tak satupun pelanggan yang berdatangan  ( yang masuk perangkap kebaikan just litle but Alhamdulillah ^__^).

Namun tunggu dulu, diluar dari sekian banyak bentangan uji yang menghampiri hingga seperti mengabarkan bahwa segala yang dilakukan telah gagal adanya, perempuan itu tetap yakin bahwa ALLAH tak akan menyianyiakan kebaikan yang telah ditaburkan, bahkan jika ia hanya sebesar biji dzarah sekalipun.

“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.” ( QS. Az-Zalzalah : 7)

Keyakian perempuan itu semakin diperkuat dengan kehadiran si penanda  RahmatNya: Hujan.
“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.” ( Qs. AL Furqan : 48)

 Hujan, rahmat ALLAH yang satu ini selalu membersamai kami dalam setiap kali  penyelenggaraan Daurah Marhalah 1. Ia hadir untuk menghilangkan keputus asaan itu :” apa yang kami lakukan sepertinya hanyalah sebuah kesia-siaan, karena yang diharapkan tak sesuai kenyataan . “

“Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa.” (Al-Furqan : 49)

Sunggguh menakjubkan, setiap kali DM diselenggarakan setiap kali itu pula perempuan itu dilanda kecemasan, seolah dia baru pertama kali ditemuinya, jantungnya berdegup kencang, cemas : akankah usaha mereka diterima. Dan inilah hal yang menakjubkan itu, ALLAH kirimkan hujan (pernah ketika DM hampir sampai dipenghujung acara, ALLAH mengirimkan hujan dihari terakhir itu walau hanya beberapa menit, Subhanallah ^__^), untuk menghalau kecemasannya dan seolah untuk sekedar mengatakan kepadanya dan mereka :

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat. (Qs. AL-Bbaqarah : 265)

Hujan, sungguh harapan itu masih ada, membahana ke seluruh penjuru bumi untuk meyakinkan hamba-hambaNya : bahwa kebaikan itu insyaALLAH selalu menghadirkan rahmatNya meski terkadang tak mampu dilihat oleh mata, namun kebaikan yang dirahmati tak boleh terkotori oleh  niat yang tak jujur padaNya apalagi lakon yang tak sesuai tuntunanNya.
#sepenggal kisah bersama Hujan, Bigareul saranghanda ^__^

Si Mentari Senja, 14 november 2013



Comments

Popular posts from this blog

Menunggu, Jangan(?)

Pulang

Ketepatan