Negeri para Bedebah – Negeri Di Ujung Tanduk* : Memakna nan mewabahkan ‘Peduli’
“Kau tahu Thomas, jarak antara akhir yang baik dan akhir yang buruk dari semua cerita
hari ini hanya dipisahkan oleh sesuatu yang kecil saja ;KEPEDULIAN”
-Chai Ten, Negeri Di Ujung
Tanduk; Tere Liye-
Sebuah kisah yang ‘di rekayasa’ oleh bung Tere Liye ini, termuat
dalam dwilogi novel miliknya; Negeri Para Bedebah dan Negeri Di Ujung Tanduk. Kedua
novel ini memiliki alur cerita yang mirip meski behind the story-nya berbeda (menurutku).Kedua novel ini mengisahkan
perjalanan hidup seorang pria; Thomas namanya. Dia; Thomas,seorang pria yang
masa kecilnya ia lewati dengan sekelumit kisah memilukan yang mengharuskannya menjadi yatim-piatu dan men-terpaksakannya hidup
di sebuah sekolah berasrama; Kaki Langit. Ketika dewasa ia dikenal sebagai konsultan
profesional di bidang keuangan yang memiliki sebuah perusahaan konsultan keuangan
yang handal dan kompetabble dalam menekurkan
nasehat untuk sekian banyak pemakai jasanya, maka menjadi pembicara di
berbagai seminar maupun event keuangan internasional tak ayal telah menjadi makanan
sehari-hari dalam schedule hidup si Thomas ini, hampir tak akan mampu ditemukan
cacat dalam karir hidupnya. Namun, semua tentang kecermerlangan hidup seorang
Thomas dewasa akan dipertaruhkan untuk sebuah kata yang telah asing ditelinga masyarakat
Negeri para bedebah yang telah diujung tanduk ini: PEDULI.
Kisah ini dimulai ketika Thomas sedang berada dipuncak jaya raya
bisnisnya. Seuasai menjadi salah satu pembicara utama pada sebuah event nasehat ekonomi yang berskala internasional
,ia dikejutkan dengan sebuah panggilan telfon yang adalah panggilan titik balik
hidupnya, mengharuskan ia berurusan dengan masalalu hidup yang memilukan.
Panggilan telfon itu membawanya dalam sebuah pilihan menjadi Thomas dengan segudang
prestasi + minim cacat sana-sini atau menjadi pahlawan dari sebuah tindak keserakahan
+ kebodohan pamannya sendiri. Ya, darah lebih kental dari air kawan, ia; Thomas,
memilih menjadi pahlawan itu, pahlawan yang mengantar negeri ini pada sebuah dramartisasi
kasus bail out Bank Semesta a.k.a Bank C..T..Y yang berpangkal darisebuah
kata: Dampak Sistemik. Drama Dampak Sistemik dari bail out Bank
Semesta ini diwarnai oleh sisi lain kehidupan Thomas : menjadi salah satu anggota
dari club petarung yang menjunjung tinggi sebuah janji : janji sang petarung
yang tak akan tergadai bahkan dengan nyawa sang pemberi janji sendiri. Janji ini
membawa Thomas memahami arti kata PEDULI itu sendiri. Warna lain drama ini terbias
pada penghianatan yang bukan hanya dilakoni oleh yang telah Nampak jelas sebagai
musuh kita (musuh keluarga Thomas) tetapi bahkan orang yang
kita percayai a.k.a sekertaris atau tangan kanan (orang-orang yang berada pada ring ke-2 hidup kita) mampu melakoni karakter
ini. * Negeri Para Bedebah
Kisah hidup Thomas berlanjut setelah sebelumnya mampu menyelesaikan
tugasnya sebagai pahlawan yang meninggalkan jejak :Dampak Sistemik pada kasus
Bank Semesta di Novel Negeri Para Bedebah. Ia pun (pada Sekuel NPB :Negeri di
Ujung Tanduk ini) memahat kisahny tak hanya pada dinding Nasehat Keuangan namun
juga pada dinding nasehat perpolitikan. Berjibaku di duniapolitik membawanya pada
track yang takjauh berbeda dari drama hidupnya sebelumnya, tetap masih menghadapi
musuh keluarganya yang sama: Tuan Shinpei. Yang menarik di track ini dan menjadi
warna yang berbeda dari track sebelumnya (Novel NPB) yakni kenyataan bahwa musuh
yang ia hadapi sungguh akan melakoni segala hal termasuk mengorbankan kehidupan
rakyat suatu negeri untuk menjayakan dirinya seorang dan tentu untuk memenangkan
pertarungan melawan Thomas dan keluarganya. Singkatcerita : alhasil dengan mengantongi
sebuah janji dari sang petarung yang ia kalahkan (meski setelah ditelusuri pada
bab-bab setelah pertarungan itu, ternyata sang petarung sengaja mengalah pada
Thomas karena sebuah janji dengan masa laluk akeknya) dan lakon sahabat yang ia
libatkan mengantarkanya pada kemenangan melawan sebuah system penghianatan yang
telah beranak pinak hampir diseluruh sisi kehidupa nnegeri diujung tanduk itu
yang tentunya pada track ini dan sebelumnya berporos pada si Tuan Shinpei.
*Negeri di Ujung Tanduk
Itulah rangkuman yang mampu ku rangkai dengan kata-kataku
yang aneh nan nyeleneh kesana-sini ini (maklum lagi belajar nulis, hihihi) dari
kedua novel penulis yang akrab disapa Bung Tere Liye ini. Seperti yang telah kutegaskan
pada rangkuman diatas, bahwa kedua novel ini ingin mengingatkan sang pembacanya
pada sebuah kata yang maknanya telah asing di pikaran dan hati manusia di Negeri
para bedebah yang telah menjadi Negeri di ujung tandu kini : PEDULI. Ya, kata
ini sungguh menjadi pembeda antara sang petarung sejati dengan sang penghianat dalam
kesamaan mereka : sama-sama akan mengorbankan segalanya untuk hal yang mereka yakini
dan cintai.
Peduli di negeri para bedebah dan di ujung tanduk ini menjadi
barang yang langka, karena : 1)adakah yang rela berjibaku pada sesuatu yang tak
membawa keuntungan lahiriah padanya?, jawabnya :tak ada. 2) Adakah yang mati-matian
mengerjakan sesuatu dengan iming-iming hadiah yang absurd (surga) menurut pandangan
kebanyakan manusia? ,jawabnya: tak ada. Tapi Benarkah Tuhan pemilik segalanya termasuk
negeri para bedebah dan negeri di ujung tanduk ini akan membersamakan bumi yang
Ia cintai dan yang belum sampai pada masa akhir kehidupan ini dengan hanya dipenuhi
oleh manusia berkarakter sang penghianat tanpa seorang pun petarung? Jawabnya: sungguh
tak mungkin.
Karena sungguh bahkan di negeri yang lebih ganas dari kedua
novel ini misal negeri Mekah di zaman jahilia,harapan akan berseminya kebenaran
dan kebaikan sebelum datangnya hari akhir itu akan selalu ada. Seperti kisah Nabi
Luth dan kaum Sodom di zamannya, Nabi Nuh dengan masa pertarungan yang spektakuler
: kurang lebih 950 tahun, Nabi Musa dan sipengaku Tuhan : Fir’aun, danSuri Tauladan
kita :Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya yang heroik nan energik dalam melakoni
misi PEDULI dari- Nya, ALLAH hadirkan untuk kita hambanya demi sebuah pengajaran
bahwa harapan itu masih ada, sebagai sebuah kesempatan untuk kita (hamba ALLAH
) memilih menjadi sang petarungkah atau sang penghianatkah?
Harapan itu masih ada, maka mari hunjamkan kata PEDULI(
untuk memperjuangkan kebaikan dengan cara yang diajarkan-Nya) itu dalam-dalam di
salah satu sudut hati dan relung piker kita agar kita mampu menjadi pemenang di
medan pertarungan ini, medan pertarungan yang mempertaruhkan bahagia atau suramnya
kehidupan kekal kita nantinya. Dan jangan lupa di setiap pertarungan yang kita lewati
ALLAH akan selipkan penyeleksian dari misi
PEDULI yang kita lakoni ini, maka meluruskan niat dari misi ini teruslah kita lakukan
agar misi kita terhindar dari karat dunia yang bernama: riya’, ujub, takabur dan
ketidak ikhlasan.
Akhir kisah dari catatan kuini, perkenankan diriku melantunkan
pesan ini, pesan yang terlebih khusus untuk diriku sendiri :
Selamat menjalankan misi PEDULI
mu kawan, apapun itu asal adalah untuk membumikan kebenaran
dan kebiakan di bumi ini profesionalah dan selalu terhubung denganNya: Sang pemilik
jagad raya ini, dan ingatlah bahwa Harapan itu masih ada, yakin BISA..!!
^__^
*Thanks to :Tere Liye : Negeri Para Bedebah dan Negeri Di
Ujung Tanduk
Si Mentari Senja, 13 dan14 Oktober 2013
Tags: Inspirasi
Comments
Post a Comment