Karena Solusi ITU Bernama : Komunikasi
Terkadang
untuk bertahan pada kebaikan : kau harus rela membunuh rasa marah, kesal,
kecewa yang tentunya akan datang berkali bahkan tak terhitung kali dalam siklus
hidupmu. Menjadi yang memulai meniupkan nafas kehidupan kepada hal yang dicintai, bahkan kepada hal yang menghadirkan
luka menganga dihati. Meski semua itu kau lakukan untuk sebuah kata :
komunikasi.
Dakwah, kata
yang menggelantung di antara langit dan bumi ini disematkan indah oleh Sang
Pemilik semesta pada tugas hamba-hambanya di dunia: beribadah padaNya dan menjadi
wakilNya di dunia (khalifah).
Dakwah,
berjibaku dengannya adalah mungkin pilihan terasing
bagi muda-mudi, jojaro-mongare, abang-none a.k.a pemuda saat ini, sehingga yang
terlihat wara-wiri dipentas dakwah kini ialah yang hampir menjadi sesepuh abad 21.
Pilihan terasing ini menjadi lakon yang membedakan pencapaian hamba-hambaNya di
semesta yang bernama bumi ini.
Mengarungi hidup
dengan memilih menelusuri jalan ini (dakwah) akan dihadapkan pada bentangan
uji, dari sekedar penilai kemurnian niat hingga pembuktian eksistensi diri.
Ah.. tak hanya sampai di persimpangan itu kawan, karena bentangan uji itu akan
selalu mengahampiri bahkan disaat rehat sekalipun bak gelombang silih berganti dilautan
yang tak pernah berhenti memenuhi titah Tuhannya , sebagai penanda kehidupan di
lautNya, sehingga mungkin ini adalah satu dari sekian alasan yang menjadikan
jalan ini lebih banyak di huni sesepuh
zaman di banding generasi penerus peradaban. Bentangan uji itu dapat terlahir
dari pribadi-pribadi penelusur jalan dakwah (AD) dan dari lingkungan (biah) AD
itu sendiri, bahkan dari salah satu kekuatan jalan ini : ukhuwah.
Ukhuwah, Inilah
kekuatan yang menjadikan Sa’ad bin Ar-Rabi’ rela membagi harta bahkan istrinya
yang berjumlah dua (2) kepada saudara muhajirinnya: Abdurahman bin ‘Auf . Inilah kekuatan yang mampu menjadikan
pasukan Persia tercengang keheranan seraya berujar “ diwana.. diwana..” (gila..gila..)” ketika melihat pasukan muslim
yang atas izin ALLAH mampu menyebrangi sungai Tigris demi mengejar
musuh-musuhNya dalam perang melawan bangsa Persia ( Al- hafiz Ibnu katsir dalam
Perjalanan Empat Khalifah Rasul yang Agung : 347) .
mungkin kawan
akan bertanya : “bukankah itu hanya sepenggal kisah yang telah menyejarah dan
hanya menjadi penyemangat kita di saat ini?” atau dengan kata lain : “kisah itu
hanya terjadi dizaman ketika islam sedang dalam puncak keemasannya, lantas kini
adakah?”. Tentu setiap masa memiliki cerita, cerita yang membedakan perjalanan
setiap hambaNya. Begitupun dengan kita, cerita ukhuwah kita mungkin lebih
sederhana : seperti seorang sahabat yang tanpa aba-aba namun mampu meneteskan
air mata disaat mendengar betapa berat ujian yang menghadang gerak juang
saudaranya. Atau seorang sahabat yang rela tak menyantap makan siangnya ketika
saudarinya datang dengan perut keroncongan (meminta dipenuhi hajat perutnya,
hihihi). Ah.. bukankah begitu manis nan mesranya perekat di jalan dakwah yang
kita sebut ukhuwah ini?
Tapi tunggu,
apakah ukhuwah ini akan selalu menghasilkan buah yang manis nan segar untuk
penikmatnya ketika dahaga menerpa? Tidak kawan !!, karena kembali ke pembahasan
awal kita : tak ada yang bertengger di bumi ini tanpa di suguhi uji (see more :
Qs. Al- ‘Ankabut : 2), terlebih untuk ukhuwah, salah satu sumber kekuatan
dakwah. Ya, karena upah dakwah istimewa maka ujiannyapun luar biasa :
“ sesungguhnya ALLAH telah membeli dari diri
orang-orang mukmin, baik diri maupun harat mereka dengan memberikan surga untuk
mereka…” (At-taubah:111)
Ujian dakwah untuk perekat ini dapat berupa :
iri,dengki,hasad dan cemburu. Inilah karat-karat yang siap menggerogoti perakat
ini, yang jika terus berkembang tak hanya akan mampu merenggangkan ikatan
dakwah ini namun juga mampu menjadi eksekutor dalam mengeliminasi para
penelusur jalan dakwah. Karat-karat ini tertelurkan dari suudzon yang terbiaskan oleh gesekan-gesekan hati maupun pikir para
penelusur jalan dakwah. Disaat seperti itu keegosian untuk memulai mengikis
kerak-kerak ukhuwah telah menjadi hijab yang tebal antar sesama AD, dikarenakan
perasaan kecewa, marah, terdzolimi yang telah bersatu padu mengkudeta ruang hati dan pikir mereka.
Sehingga yang dapat tersuguhkan dijalan dakwah ini hanyalah karya-karya yang
gersang, melemahkan nan mengerdilkan institusi dakwah (wajiha). Lantas inikah
akhir cerita dakwah kita? Sungguh, apakah tak ada cara untuk menghadang
datangnya ujian ini?
Tidak..!! karena
seperti janjiNya dalam Kitab panduan hidup kita (Al-qur’an) termasuk dalam hal
menelusuri jalan ini: pada setiap ujian
yang datang telah tertakdirakan solusi/ penyelesaiannya.
“maka
sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan
ada kemudahan” (Qs. Al- insyirah :5-6)
Ayat ini
menyuguhkan pernyataan ALLAH yang menegaskan bahwa disetiap takdir kesulitan
dibersamakan pula solusinya. Dan taukah kau kawan, apa yang telah ditakdirkan
membersamai ujian ukhuwah ini? #menurtutku
: Sesuatu yang membutuhkan sang pemulai , karena solusi itu bernama : KOMUNIKASI. Ya, tak ada komunikasi
tanpa komunikan (orang yang melakukan komunikasi).
Seperti
karat-karat dijalan ini, ia terjadi karena buruknya komunikasi antar penelusur
jalan ini, dan ini terjadi karena sebuah pemakluman : kita aktivis dakwah maka
kedepankanlah husnuzdon (prasangka baik) dalam berinteraksi dengan saudara kita.
Tak ada salah dengan pernyataan ini
karena ia hanyalah akibat
dari baiknya komunikasi. Namun betapa naifnya kita, sehingga lupa menginsyafi bahwa
jamaah kita (organisasi dakwah) adalah kumpulan manusia yang mungkin tertiup
angin saja mampu menghadirkan luka yang menganga apatah lagi harus terus membunuh
prasangka yang bahkan lingkunganpun mendukung untuk menyenandungkan kata : curiga.
Bahkan dalam mesranya kebersamaan yang menggambarkan baiknya interaksi,
kekecewaan dan hal-hal yang berbau luka dihati tetap bisa terjadi apalagi hubungan yang tak
disertai komunikasi, sehingga pengertian untuk hal-hal yang dapat dimaklumkan
tak akan pernah terlahir.
Karena solusi
itu bernama komunikasi : maka mulailah mengedepankan informasi dalam
mengkonfirmasi hal-hal yang dirasa akan mampu melubangi lapisan huznudzon kita.
Mulailah dari mengkonfirmasi keterlambatan, ketidak hadiran bahkan kekecewaan.
Karena tak ada tukang ramal di jalan ini yang dapat membaca perasaan dan
pikiran setiap AD sehingga mampu menyuguhkan oase berupa taujih dan semisalnya
untuk mengusir dahaga perasaan dan pikir kita.
Karena solusi
itu bernama komunikasi : maka sesulit apapun yang dirasa dalam merekatkan
kembali puing-puing ukhuwah, ketahuilah harus ada yang rela membunuh keegoisannya
untuk memulai, memulai memanggil yang telah renggang agar semakin akrab.
Mengikatnya dengan benang-benang kejujuran nan kasih sayang yang terpintal pada
poros: komunikasi.
Karena solusi
itu bernama komunikasi : maka ketika kawan telah mampu memulai menyampaikan
sesuatu yang kawan rasa seharusnya disampaikan oleh sang penerima penyampaian
itu, ketahuilah itu mungkin momuntem berharga yang telah kawan lahirkan pada
pentas dakwah ini, yang jika tak kawan lakukan akan semakin memperpuruk
statusiasi perjalanan dakwah kita #vicky quotes. (hihihi)
# sebuah tawaran
dalam merajut hubungan di panggung kehidupan : dakwah ^__^
Si Mentari Senja, 18
oktober 2013
tags : inspirasi
Comments
Post a Comment