Patah

Tak akan ada yang melangkah bila sedari mulainya ia telah tahu akan ketidak sampaiannya. Lalu, dunia akan sepi tanpa rapalan harapan.


Ini cara sekian yang kau ikhtiarkan untuk memperjuangkan apa-apa yang kau namai impian. Tujuanmu telah kau tetapkan, jalanmu telah kau pilih jua. Telah kau hitung segala yang bisa terjumpai diperjalananmu ini.

Kau sadar, jalan yang kau yakini sebagai jalan yang baik nan lurus tak akan selamanya mulus. Ada  kerikil hingga lubang lebih dari selebar kolam yang siap sedia menghadang perjalananmu. Tentu ini bukan hanya berlaku untukmu, bersebab hidup memanglah ujian itu sendiri bukan.

Lalu, dicara sekian diperjalananmu meraih impian ini, kau dipertemukan dengan lubang bernama perasaan, ia gelap, pekat, tak tahu dimana dasarnya. Kau tak punya pilihan selain melewatinya. Kau terus berjalan dengan ditemani bekal yakinmu. "Ini akan berakhir, semakin pekat semakin dekat dengan fajar, serupa malam", batinmu.

Sesekali kau menengok kebelakang,”ah, andaipun aku tak pernah melewati ini, apa akan lebih dekat dengan ujungnya?”, tanyamu yang menggema dilubang gelap itu.

Kau teruskan perjalanan, hampir sampai hingga kau sadar, ujungnya ternyata semua patah.

……………..



“setiap langkah akan menumui kesudahannya, baik itu menjelma terkabulnya harapan atau hal baik yang tertetapkan untukmu. Asal kau yakin, meski patah ia tetaplah baik untukmu”



seNja, April 2017
teruntuk hujan, terimakasih telah jatuh dengan riang, patah jadi ada temannya



tags: RuangRasa

Comments

Popular posts from this blog

Menunggu, Jangan(?)

Pulang

Ketepatan