Buat Apa
Lebih dari
sebulan tapi masih terngiang dengan jelas, satu diantara sekian nasihat yang
disampaikan Ust. Salim A. Fillah dalam bedah bukunya Lapis-lapis Keberkahan;
bila saat meminta sesuatu padaNya kita bisa menyebutkan buat apa kita memintanya,
in sya ALLAH akan lebih mudah menjawab pertanyaanNya di hari hisab kelak. (Salim
A. Fillah, dengan sedikit gubahan)
Lalu,
gambar-gambar tak utuh muncul satu demi satu dikepalaku; perempuan dengan
senyum mengembang dan mulut komat-kamit menyampaikan inginnya hati. Gambar lainnya,
perempuan yang sama namun tak ada senyum merekah disana melainkan bulir-bulir
menggelinding membasahi ujung jilbabnya sedang sesenggukan menyampaikan segala
yang katanya kebutuhannya.
.............................................................
Seperti sedang bernolstalgia bukan? Sayangnya aku sendiri tidak berhasil menemukan apa yang menjadi jawaban dari “buat apa?” dalam riang maupun gerimisnya saat meminta. Kalaupun ada, aku tak begitu yakin jawaban itu bisa diterima oleh-Nya kelak.
.............................................................
Seperti sedang bernolstalgia bukan? Sayangnya aku sendiri tidak berhasil menemukan apa yang menjadi jawaban dari “buat apa?” dalam riang maupun gerimisnya saat meminta. Kalaupun ada, aku tak begitu yakin jawaban itu bisa diterima oleh-Nya kelak.
Buat apa?, hanya
dua kata ya tapi yakinlah aku membutuhkan banyak kata untuk menjawabnya.
Buat apa?, ku
kira mudah saja menjawabnya namun saat mau meminta rasanya jawabanku asal
semua.
Buat apa?
darinya aku lebih memahami bahwa kadang untuk hal-hal yang begitu inginnya aku
memilikinya, aku sendiri tak memilki alasan yang kuat untuk mendapatkannya dari
Nya.
Buat apa?, pada
dua kata ini aku berharap bisa lulus dan lolos nanti di akhirat saat yaumulhisab kelak. Ah ya, untuk yang ini
aku yakin bisa menjawabnya.
seNja,
12 juni 2016
yang sedang mengeja tiap jawaban dari “buat apa?”
tags: bahasa hati
Comments
Post a Comment