Langit 18

Pada pertemuan yang sekilas aku tentu perlu meghaturkan terimakasih, bersebab darinya aku telah dibuat suka lalu jatuh cinta.


Disalah satu dinding gedung SMAku semasa itu, logo mu tergambar, tentu mengundang tanya. Tetapi niat tak mampu terwujud oleh waktu dimasa itu.

Lalu 2009, untuk pertama kalinya gambar yang ku lihat mengajakku ke dunia baru. Dunia yang ber-rupa imaji bagiku. Ya, untuk ukuran lulusan anak SMA biasa sepertiku memasuki dunia itu seperti diajak berimajinasi.
Aku belum utuh mengenalnya. Pernah suatu masa aku di semesta imajinya memintanya melepas genggamanku, ya imaji yang ku bangun amatlah sulit ku pertahankan saat itu. Bukan karena ia tapi aku, saat itu merasa sudah begitu sulit menjangkau imaji yang dihidupkannya. 

Aku beruntung, seseorang dikirm oleh Pemilik Semesta untuk menguatkanku, menjabarkan panjang lebar; “wajihah kita bukanlah sedang membangun imaji yang sulit untuk kau jangkaui, melainkan perlahan saja menjadikan imaji itu nyata. Dalam me-nyata-kan imaji itu alangkah sulitnya bila kau memilih sendiri. Maka bertahanlah.”

Perjalanan yang sesungguhnya telah ku mulai dari hari itu. Hari dimana aku bertekad untuk menyalakan cinta pada tiap imaji yang akan di-nyata-kan oleh yang mulai saat itu ku sebut langit. Seperti para pecinta lainnya, cinta akan meminta bukti dari tiap-tiap yang mencinta. Membuktikan cinta telah terinsyafi sebagai hal yang tak mudah, ia akan menyita pikiran, meminta waktu bila perlu meminta nyawa darimu.
Perjalananku dinaungi langit serupa mendaki. Naik, berkelok, terjal namun semoga sampai. Dan, perjalanan ini masih terus berlanjut hingga pemilik Semesta menghadirkan jarak yang abadi diantara kita.
Dear langit, hampir menggenap 7 tahun kebersamaan kita. Aku telah menyatakan cinta padamu. Ya, aku hingga kini sulit untuk tidak mencintaimu. Tapi apakah kau bahagia dengan cinta yang ku punya untukmu? Adakah cinta ini menambah nilaimu dimata pemilik kita? Atau jangan-jangan cintaku membuatmu tak layak sejajar dengan wasilah lainnya di medan perjuangan meraih ridhaNya?
Langit, aku yang katanya mencintaimu ini, semoga tak serupa tong kosong nyaring bunyinya. Semoga aku selalu dimampukan untk membuktikan cintaku padamu dan pada pemilik kita. 
Langit 18 tahunmu semoga semakin banyak yang ter-baik-an bersama kita. Semoga tiap kebaikan yang kita upayakan dapat merambatkan keberkahan bagi semesta dunia hingga DIA pun memberkahi tiap usaha kita. 18 tahunmu moga setia istiqamah.

SeNjA, 29 Maret 2016
Terimakasih telah lahir disemesta dunia, dear langit; KAMMI
Tags: inspirasi

Comments

Popular posts from this blog

Menunggu, Jangan(?)

Pulang

Ketepatan