243 hari menuju 23 tahun usia,, Aku Punya Apa?


22 tahun usia, melewati tanjakan, turunan, selokan, taman.. sudah
22 tahun usia, di bersamakan mentari, mendung, gerimis hingga hujan, angin sepoi..
22 tahun usia, jatuh, bangun, terduduk, berdiri, berjalan, berlari, terhenti, terpaku.
22 tahun usia,, ah.. aku ini telah bagaimana dan punya apa??
Kosong.. hampa tak ada isi, dapat terlihat hitam di sana-sini.
Mimpi yang sempat membingkai dalam tulisan hanya bersisa coretan.. GAGAL!!

Menuju 23 tahun usia, di tanggal ini: 14 januari 2014,, aku di ajak mendaki lagi..
Terjal, meninggi perjalanan ini, hingga payah, lelah sudah...
Mendaki,, terus ku susuri jalan ini.. sesekali aku di susupi kerinduan berhenti.. berdalih: sepertinya telah banyak yang di torehi, meski belum sempurna, retak sana-sini.
Padahal ternyata .. TAK ADA,, karena Aku Tak Punya Apa-apa..

243 hari menuju 23 tahun usia, seper-empat perjalanan sudah ku susuri, aku telah berada sedikit di atas hingga mampu melihat indahnya sekitar.
Terpesona, terpukau, hingga menyadari: meski Aku Tak Punya Apa-apa,, namun aku harus tetap mendaki, meski curam, terjal, payah, napasku satu dua.. aku harus tetap medaki..
Karena hanya di atas,, Aku yang Tak Punya Apa- apa ini bisa melihat keindahan.


Si Mentari Senja, 22 februari 2014

Di bersamakan : ost hwang jini- keudae eobsoyo (inst)
puncak kayu satu, Ambon indah bukan??




Tags: bahasa hati, orat-orets

Comments

Popular posts from this blog

Menunggu, Jangan(?)

Pulang

Ketepatan