setitik,, setitik,, setitik yang penuh uji



Aku tak pernah tahu mengapa selalu diuji di titik itu, titik akut ku.... hati,,
dan lingkunganku seolah begitu mendukung,, mendukung Tuhannya untuk menyeleksi hati ini. Apakah direlung terdalamnya tersemat namaNya lebih dan lebih atau namanya lebih dan lebih.

Hati.. tempat  ternaunginya seluruh bundelan emosiku; sedih, lara, pilu, menyerah, pesimis, mengeluh, dendam, bahagia, ceria,... dan CINTA. Si CINTA,, bundelan emosi yang bigitu akut. Ia mewabah kepenjuru urat nadiku, maka ia menyatu dengan nafasku, menyatu dengan detak jantungku, menyatu dengan gejolak mimpiku. bukankah begitu spektakulernya spektrum cinta ini?

Terkadang aku menjadi “budaknya”, tertampak jelas ketika ia menguasai diriku, membuat ku kikuk, salah tingkah dan  membuatku menampakan segalanya.. bukankah aku begitu bodoh???
Terkadang,, ia disana,, di pojok diriku, membuatku mengharu biru, menangis tak karuan. Di pojok yang lainnya, sejurus ia membuatku senyum-senyum sendirian. 
Pada relung yang terluar, ia menyemburkan semangat, membuatku mampu mengejar impian yang bagiku, bagi diri ini tak akan pernah mampu. Menyulap segala tantangan menjadi bunga-bunga perjalanan, agar setiap jejak yang terlalui tak terbekas sedikitpun guratan penyesalan.

Direlung lainnya, tidak.. ini tetang salah satu atmosfer yang melingkupnya; cemburu. Sungguh ia begitu menguras seluruh energinya (si cinta) bahkan menguras habis perhatian dan pikiran tempat yang sedang ia naungi (diri ini). Maka tertampak jelaslah; kesalnya, juteknya, marahnya, de el el.
Adalagi,,, ternyata si cinta ini begitu rakusnya ia, tak hanya pikiran dan perhatian yang ingin diembatnya, pengorbananpun ia rangkul  menjadi kendaraannya untuk meraih mimpi-mimpinya.

Tapi kawan,, sungguh dititik ini, dititik aku yang sedang dipenuhi oleh cinta; cinta ALLAH, cinta Rasul, cinta Dakwah, cinta orang tua, cinta sahabat, cinta impian, dan cinta ..... , ku berharap cinta itu yang memang pada dasarnya ia hanyalah setitik, setitik karunia ALLAH untuk ku, untuk kita, bukanlah menjadi tujuan, yang harus tercapai, yang harus terpenuhi, yang harus dimiliki dan yang harus bersama.
Bukan, cinta itu bukanlah tujuan, ia adalah sarana, ia adalah cara, ia adalah salah satu kendaraan yang aku, kau dan kita gunakan untuk sampai pada tujuan hidup di dunia ini; beribadah padaNya untuk mencapai Ridhonya.

Maka mari kita tengok salah satu ayat cintaNya, yang mengingatkan kita akan porsi cinta kita:

Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (Qs. At Taubah; 24).

Ayat ini, menurutku  tak sedang melarang kita untuk mencintai hal-hal yang pada dasarnya dijadikan untuk kita mencintainya. Jika tak melarang bukankah ia berarti diperbolehkan?
Cinta itu, dari ayat ini memang memperbolehkan (menurutku) karena tak ada kata larangan. Yang ada hanyalah MELARANG kita MENCINTAI SEMUA HAL yang ada pada ayat diatas LEBIH DARI MENCINTAI ALLAH, RASULNYA dan JIHAD DIJALAN-NYA. 

Tapi inipun bukan dalih agar kita bisa mengumbar cinta, terlebih bagi si dia yang belum halal bagi kita. jadikanlah cinta bagi si dia yang mungkin kini hadir disetiap hari kita hanyalah sebagai sarana untuk mempertanyakan keberadaanNya direlung hati kita dan memenangkan ujianNya.

Maka mari,, alihkan cinta kita dari kata benda (tujuan) menjadi kata kerja (sarana) untuk mencapai impian yang hakiki. Impian peroleh ridhoNya. 
Maka mari, panjatkan padaNya sebait doa yang semoga selalu membersamai perjalanan kita menujuNya; "ya Rabb, jadikanlan cinta untuk Rasul-Mu, Dakwah-Mu, orang tuaku, sahabatku, impianku, dan ... hanyalah cara, hanyalah kendaraan untuk memperoleh RidhoMu, agar jika tak membersamaiku, tak ada kecawa,marah apalagi kufur pada nikmat Mu".  




#coretan kecil tentang sarang ^__^

Si Mentari Senja, 13 menuju 14 agustus 2013

tags: bahasa hati

Comments

Popular posts from this blog

Menunggu, Jangan(?)

Pulang

Ketepatan