“mengapa” menjadi “untuk apa”
Doa, Ra, doa mengajarkan kita tentang
kebaikan dariNya yang lagi-lagi membanjiri hambaNya. Diilhamkan kepada kita
untuk meminta padaNya agar dekat denganNya, dikabulkan doanya meski dalam
bentuk berbeda juga bagian dari takdir baikNya.
Tapi kau tahukan Ra, kadang doa kita
pulang tak sesuai yang kita harapkan, diwaktu yang tak kita inginkan. Lantas
kita menduga; mengapa DIA tak mengabulkan pinta kita? Mengapa yang hadir
berbeda? Mengapa? Mengapa?
Bukankah pada pengabulan juga
terdapat ujian?. Ujian kepercayaan. Ujian berbaik sangka pada tiap takdirNya.
Hingga kita bisa mengubah pertanyaan dari; “mengapa” menjadi “untuk apa”. Ya,
untuk apa semua ini kita perlu alami? Untuk apa doa kita diijabah berbeda?
Untuk apa yang hadir berbeda. DIA
mengharapkan kita seperti apa dari terijabah doa kita dalam bentuk yang berbeda
ini?
Kita tak akan pernah tahu jika kita
tak menjalaninya, menurutmu bagaimana ra? Untuk apa bisa terjawab bila kita
bersedia menerimanya lalu menjalaninya?. Menurutku seperti itu ra, tapi aku Aku
juga masih sulit ra untuk mengubah tanya dari mengapa menjadi untuk apa. Sulit
karena aku merasa paling berhak dibalas seperti yang ku pinta. Karena aku
merasa DIA telah berjanji untuk mengabulkan tiap pinta. Ah, benar. Aku lupa,
bahwa DIA paling tahu yang terbaik untukku
tentu DIA juga lebih tahu dengan apa membalas doaku.
Untuk apa, moga padanya tersertai
kelapangan untuk menerima dan menjalani dengan sepenuh yakin bahwa tiap yang
DIA beri adalah yang terbaik pasti.
seNja, 19 Desember 2016
tags: #seNjapadasegarA
Comments
Post a Comment